Cheongdam
-Naeun/Lena POV-
Aku sedang sibuk membersihkan gudang. Banyak barang yang aku temukan sampai aku setengah melupakan tugas bersih-bersihku. Aku lebih tertarik melihat-lihat barang-barang bekas di sini.Ada boneka beruang berukuran besar, masih bagus hanya tampak kusam. Ada tumpukan Koran bekas, buku-buku lama.
“uhuk uhuk…” aku terbatuk-batuk, mengibas-ibaskan tangan, debu berterbangan di sekitarku ketika mencoba membuka lemari tua “semoga tidak ada serangga. Aku paling benci serangga.”
Di dalam lemari yang gelap itu terdapat tumpukan beberapa helai baju dan… perhatianku teralih pada
kilau plastic manik-manik putih pada baju di dalamnya. Aku segera mengambilnya. Baju di dalamnya terbungkus plastic tebal dan kelihatan seperti masih baru. Ternyata ini sebuah baju pengantin.Sungguh penemuan yang mengejutkan.
“Wow..” gumamku terpana seraya membalik-balikkan baju yang sangat tebal itu. “tidak ada salahnya jika aku mencobanya.”
Aku belum pernah mencoba memakai baju pengantin. Aku begitu bersemangat sehingga hampir tersandung dalam ketergesaanku ke kamar. Tanpa melepas pakaianku terlebih dahulu, aku langsung
memakainya. Yup ini seukuranku, agak lebih besar sedikit, pikirku gembira.Benar saja, baju ini tampak
cocok denganku. Aku asyik berputar-putar, memandangi bayangan diriku di cermin ketika pintu terbuka.
“Naeun-ah…” kata-kata Mommy terputus melihat pemandangan tak terduga di hadapannya.
“Eh, maaf, tadi aku tidak sengaja menemukan ini jadi langsung kucoba,” jelasku, buru-buru merapikan
baju yang kupakai.
Tapi Mommy tampak tidak keberatan, sebaliknya memandangku tercengang selama beberapa saat.
“Kau cantik sekali, Naeun-ah persis seperti dirimu yang dulu. Taemin-ah, sini sebentar,” teriak Mommy
memanggil Taemin.
Mommy rupanya bernostalgia dengan berdiri di belakangku sambil memegang kedua pundakku, menghadap cermin, aku berpikir seandainya saja aku bisa mengenakan baju pengantin pada acara yang
sebenarnya dalam hidupku.Mendadak aku menatap wajah orang lain dari cermin dihadapanku lalu berbalik menoleh ke belakang. Taemin muncul diambang pintu, tampak kaget sekaligus memandangku
terkagum-kagum. Terdengar klakson mobil, Mommy tersadar dan buru-buru hendak keluar.
“Sampai lupa, jaga diri kalian baik-baik ya, nanti malam Mommy telfon,” kata Mommy menepuk kepalaku lalu mencium keningku, memeluk singkat kami bergantian dan menghambur secepat kilat.
Taemin masih memandangku takjub, ekpresi rindu terpancar dimatanya.
Jangan memandangku seperti itu! jangan menatapku seperti itu! aku bukan Naeun! bukan Naeun! aku Lena! Lena! Lalu aku segera melepaskan baju ini, kegembiraan yang tadi kurasakan telah lenyap begitu cepat digantikan kesedihan.“Lihat apa?!” kataku ketus seraya membaca gaun itu dengan kedua tanganku, bermaksud mengembalikannya ke tempat semula. Aku melewati Taemin begitu saja, matanya berkaca-kaca.
“Akhirnya, baju itu sudah bertemu dengan pemiliknya,”
Aku cepat-cepat berjalan tanpa menoleh ke belakang.Tidak, tidak, jangan menangis, batinku. Jangan
sekarang. Dasar bodoh! Hatiku terasa pedih. Namun aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi, air mata sekarang mulai mengalir ke pipiku.
***
“Akhirnya selesai juga,” kataku lega setelah memberi pita pada permen bintang yang terakhir. Aku menggenggam permen bintang itu, menatapnya seperti janji sewaktu aku baru datang beberapa hari kerumah ini, aku akan meletakkan bintang-bintangan yang dikemas seperti bentuk permen ke dalam toples kaca setiap tiga hari sekali.
Setiap malam aku membuat bintang-bintang dari kertas kado yang berbeda, semuanya berwarna pastel, berwarna-warni dan terkesan ceria. Toples kaca ini sekarang hampir penuh, aku sengaja meletakkan toples itu ditengah meja ruang keluarga yang kosong supaya semua orang, terlebih diriku sendiri, bisa sering-sering memandanginya. Ini sekedar untuk mengisi waktu luang. Di samping itu, aku diam-diam
menaruh harapan pada setiap permen bintang yang aku buat.
Harapan agar aku, Taemin dan seluruh anggota keluarga ini dapat selalu bersama. Aku sangat menyukai keluarga ini dan tidak menyesal harus berakhir dengan meninggalkan mereka. Toh aku telah diberi
kesempatan mengenal mereka.
Akhir-akhir ini, kondisi tubuhku melemah. Aku mudah merasa pusing, pandanganku kadang-kadang kabur seperti hendak pingsan, badanku nyeri dan lemas. Aku sekarang jarang keluar rumah, takut kalau terjadi apa-apa di luar. Di tubuhku mulai muncul lebam kebiruan.
Aku sering tidur lebih awal sambil menahan rasa sakit di badan. Aku membenamkan kepala pada bantal dan memekik kesakitan dalam suara teredam. Tubuhku serasa memberontak. Namun aku tidak ingin tampak lemah di depan Taemin. Aku tidak ingin Taemin memandangku penuh rasa kasihan.
Saking asyiknya melamun, aku lupa kalau diluar masih hujan, semakin deras malah. Aku memastikan jendela kamar sudah tertutup rapat supaya tidak ada air yang masuk sebelum akhirnya keluar kamar hendak menyimpan permen bintang yang terakhir. Aku tidak mendapati toples kaca diruang keluarga lalu bertanya pada pelayan yang sedang menyetrika baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me As A Time of Day✅
FanfictionTidakkah kau rasakan waktu berlalu begitu cepat? Ia hampir saja membuatku melupakan satu hal yang paling menyakitkan tentang dirimu. Tentang kau yang tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Tentang lenyapnya impian yang pernah kita rangkai bersama. Hi...