Cheongdam
-Author POV-
Naeun menemukan Taemin sudah menunggunya ketika dia sampai di rumah setelah mengantar anak-anak. Taemin tidak mengatakan apa-apa, hanya mencium pipinya sebelum duduk di sofa. Wajahnya kelihatan tertutup, membuat jantung Naeun deg-degan. Rasa panic yang dia rasakan malam itu setelah mendengar permintaan Taemin kembali lagi. hanya ada satu alasan kenapa Taemin ingin berbicara dengannya langsung, dia hanya berharap ketakutannya ini tidak berdasar.
Dia mengambil tempat duduk di ujung sofa sebelum memulai pembicaraan. "Apa yang kamu ingin bicarakan..."
"Aku akan pergi," potong Taemin.
"Excuse me?" tanya Naeun bingung.
"Aku harus kembali ke Jepang pertengahan bulan ini," lanjut Taemin.
Dan Naeun merasa seperti baru ditampar. Bagaimana mungkin sebelumnya dia bilang mau kembali membangun rumah tangga mereka dan selanjutnya dia berencana meninggalkan mereka?
"Are you kidding me?!" teriak Naeun sebelum dia bisa menahan diri lagi.
"Naeun-ah, kamu kenapa?" tanya Taemin bingung.
"Tidak usah pura-pura bingung. Kamu tahu persis apa yang aku sedang bicarakan. Aku tidak tahu apa kamu bahkan mengerti maksud kata keluarga, Oppa, karena di kamus aku keluarga itu adalah kamu akan ada di sini untuk anak-anak, bukan jauh dari mereka. Dan jangan pikir hanya dengan uang semua masalah akan terselesaikan."
"Naeun-ah, dengarkan aku. Kamu salah mengerti." Taemin mengangkat kedua tangannya, mencoba menenangkan dan Naeun langsung meledak.
"You know what, oppa? Aku ada ide yang lebih baik lagi untuk kita. bagaimana kalau aku yang keluar dari rumah ini sekarang juga? bawa sekalian tunjangan anak kamu itu dan tidak kembali lagi. aku dan anak-anak tidak perlu charity dari kamu."
Satu detik Naeun melihat Taemin yang duduk di seberang sofa sedang menatapnya dengan penuh kebingungan, detik selanjutnya, dia menemukan dirinya sudah setengah telentang dengan kepala menyandar pada lengan sofa dan wajah Taemin hanya sekitar sejengkal dari wajahnya. Kedua tangannya tidak bisa bergerak. Yang satu tertindih badannya sendiri, sedangkan yang satu lagi dijepit tangan Taemin. Taemin kelihatan siap mengamuk. Bibirnya tertarik lurus dan matanya berapi-api.
"Jangan pernah kamu berani menggunakan kata charity untuk menggambarkan kamu dan anak-anak di depan aku lagi. do you hear me? Never!" desis Taemin.
Naeun hanya sempat mengatakan, "What..." sebelum telapak tangan Taemin mendarat menutupi mulutnya, dengan begitu menghentikannya dari berkata-kata.
"Kamu dan anak-anak adalah hidup aku. Hidupku. Mengerti?" ucap Taemin tegas. "Mengangguk kalau kamu mengerti."
Tidak tahu lagi apa yang bisa dia lakukan selain menuruti perintah Taemin, Naeun menganggk dan Taemin langsung melepaskannya. Dan untuk beberapa menit Naeun hanya bisa terbaring di sofa, mencoba mengerti apa yang baru saja terjadi. Ketika dia bisa mengumpulkan cukup energi untuk duduk beberapa menit kemudian, dia menemukan Taemin berdiri kaku di seberang ruangan.
"You okay?" tanyanya.
"Yeah," jawab Naeun.
Taemin mengangguk, tapi tidak berusaha mendekat. Dengan susah payah Taemin mengontrol kemarahan yang jelas-jelas masih menyelimutinya kalau dilihat dari gerakan naik-turun dadanya. Tapi lambat-laun Naeun melihat kerutan wajahnya mengendur dan ekspresi kemarahan berganti menjadi keraguan. Naeun sangat mengenali ekspresi itu, ekspresi yang Tamin akan paparkan kalau ada sesuatu yang ingin dia bicarakan namun tidak tahu bagaimana memulainya. Tapi kemudian Taemin menarik napas, dan Naeun melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me As A Time of Day✅
FanfictionTidakkah kau rasakan waktu berlalu begitu cepat? Ia hampir saja membuatku melupakan satu hal yang paling menyakitkan tentang dirimu. Tentang kau yang tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Tentang lenyapnya impian yang pernah kita rangkai bersama. Hi...