Gangnam
-Krystal POV-
"Krystal eonni, ponsel-nya bunyi."
Aku melambai pada Yena, asistenku, memberikan tanda agar tidak menghiraukannya. Pekerjaanku saat ini tidak bisa diganggu. Menjahit Kristal Swarovski mungil yang diimpor dari Aussie langsung di lengan gaun seorang model yang saat ini berdiri dengan bibir manyun tentu tidak boleh disela hanya karena
dering ponsel.
"Tapi ini dari Mr. Kai."
Kristal yang belum sempat kujahit itu pun langsung terlempar. "Oh, gosh!" desisku, mengangkat
kacamataku dan menaruhnya di atas kepala. Sabar, sabar.Aku mengatur napas lalu menatap wajah Joy,
gadis modelku, "Joy, dear, aku angkat telepon sebentar ya, kamu boleh duduk-duduk dulu, tapi gaunnya jangan di lepas. Aku harus jahit si Swarovski itu." buru-buru aku mengantongi benang dan jarum ke saku celemek, lalu bergegas meraih ponselku yang dipegang Yena. "Yena-ah, tolong carikan si Swarrow. Aku tidak tahu tadi jatuh kemana."
"Siap, Bos!" seru Yena.
Aku melompati beberapa gulung kain yang masih terhampar di lantai. Hampir tergelincir sehelai satin dan membuat lima penjahitku yang tengah bekerja kompak memekik.
"It's okay!" ucapku sambil melambai lalu bergegas memasuki ruangan pribadiku di sudut lantai dua butik
ini. "Yeoboseyo, dear!" sapaku antusias sambil terengah-engah. Kai kekasihku. Lebih tepatnya
tunanganku, yang kalau tak ada aral merintang, enam bulan lagi akan menjadi suamiku.
"Hi, Bee, how are you?"
"Luar biasa! Hei, di mana kamu sekarang?"
"Mau jawaban jujur atau tidak?" godanya.
"Maksudnya?" dan pintu ruanganku tiba-tiba terbuka.Sosok jangkung dengan kemeja flannel cokelat dan celana jins biru kebanggannya berdiri sambil memamerkan senyum supermanis. Kapalaku rasanya mau meledak. I'm fully excited. "Oh, dear! Katamu baru akan pulang dua hari lagi. tahunya..." aku malah masih berbicara pada speaker ponselku ketika Kai menarikku ke dalam pelukannya dan mendaratkan kecupan di keningku.
"Jadi kamu tidak suka kalau aku pulang cepat? Ini langsung, fresh from the airport!"
Aku membeku, belum bisa bereaksi apa-apa selain, "Kamu lupa tutup pintu. Sekarang kita jadi
tontonan."Kai tertawa, lalu buru-buru melepaskan pelukannya dan menutup pintu. Aku memang sedikit jaga image dan tidak ingin pegawaiku mengetahui kehidupan pribadiku, apalagi sampai menggosipkan hubungan
cintaku dengan eksekutif muda nan tampan ini. Aku langsung duduk di sofa dan Kai menyusulku. Dia menyandarkan punggungnya di sebelahku. Wajahnya terlihat gusar.
"Kamu lelah, ya?" aku mengusap bahunya. "Mau kubuatkan minuman apa?"
Kai menggeleng. Matanya menerawang menatap langit-langit. "Tidak perlu Bee, aku hanya butuh
ketemu kamu."
Perasaanku menghangat, senyumku mengembang."Bagaimana proyek kamu sama Taemib, lancar?"
Selama Kai dikirim untuk menjalankan proyeknya dengan tema apalah itu ke Jepang, komunikasi kami terputus karena dia ingin fokus pada apa yang dia kerjakan di sana, katanya, aku merupakan diktator terparah yang ada di dunia. Jadi aku hanya tahu dia sudah sampai dengan selamat. That's it, sampai dia tiba-tiba muncul setelah hampir seminggu tak bertukar pesan.
Kai menghela napas, "karena ada gempa di Jepang, beberapa rekan bisnis kami dari menyarakan untuk kembali. Agenda acaranya dipersingkat, jadi tiga hari dari yang seharusnya lima hari. Ya sudah, aku pulang aja."
Aku masih mengusap bahu Kai. "Oh, gempa itu. tapi kenapa kamu langsung pulang? Bukannya kamu sama Taemin sempat merencanakan ke Thailand untuk wisata kuliner?"
"Dan membiarkan kerjaanku menumpuk di sini?"
Aku mengangguk setuju, wajahku kubuat seserius mungkin. "Mr. Kim Kai, calon CEO paling dicari se-Korea selatan, memang wajib menjaga kantor."
Kai duduk tegak lalu tertawa. "Memangnya kerjaanku hanya menjaga kantor?"
Aku mengangkat bahu. "Yang pasti kerjamu bukan mengurusi Swarovski dua jutaan per butir, lalu... ya Tuhan, aku meninggalkan Joy di luar!" aku buru-buru berdiri, "Dear, kamu mau tunggu aku di sini
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me As A Time of Day✅
FanfictionTidakkah kau rasakan waktu berlalu begitu cepat? Ia hampir saja membuatku melupakan satu hal yang paling menyakitkan tentang dirimu. Tentang kau yang tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Tentang lenyapnya impian yang pernah kita rangkai bersama. Hi...