Part 37

73 3 2
                                    

Ansan

-Naeun/Lena POV-

Aku terbangun tepat saat makan pagi, Taemin membantu menyuapiku didampingi suster yang mengawasi. Aku sama sekali tidak senang dengan makanan RS yang mencakup bubur, sebutir bola daging berukuran kecil, telur rebus dan sayur. Semuanya sudah ditakar terlebih dahulu, porsinya sedikit dan rasanya tawar.

Aku ingin sekali tidak menghabiskan makanan ini walaupun aku lapar sekali.

Andai saja suster tidak
memandangiku penuh senyum seakan aku anak yang manis dan penurut, pikirku kecewa.

Setelah selesai menyantap telur, suster membawa piring makanan. Aku malah merasa lebih lapar dari sebelumnya.

“Tae… taemin-ssi..” panggilku ragu-ragu.

“Tidak apa-apa, kalau kamu lebih suka seperti itu,” jawab Taemin.

“Ng… rumahku dimana?” tanyaku khawatir.

“Kita tinggal di rumah yang sama sayang di Cheongdam, setelah pulang dari rumah sakit, kamu bisa istirahat di rumah, kalau bosan kita bisa jalan-jalan yang dekat-dekat saja. Tapi kalau mau pergi
kemanapun nanti aku akan tetap bersamamu.”

“Oh….” Gumamku. Aku bisa tidur dan bangun sesukaku, melakukan apa saja yang aku inginkan. Begitu bebas tanpa takut ada yang melarang. Ini sesuatu yang hebat atau malah mengerikan bagiku.

Aku menegakkan tubuh, kakiku turun dari tempat tidur.

“Mau kemana?”

“Kamar mandi,” jawabku singkat.

Aku berjalan, awalnya agak terhuyung namun Taemin segera membantu menuntunku hingga kedepan pintu kamar mandi.

“Sudah, kamu tunggu di luar saja” kataku tegas.

“Nanti kalau ada apa-apa, pencet bel di dalam,” kata Taemin. Sebagian kata-katanya teredam bunyi pintu yang setengah kubanting.

“Aku bukan anak kecil!” gerutuku dari dalam kamar mandi.

Tertatap olehku cermin besar di kamar mandi. Aku baru menyadari sesuatu sejak aku bangun dari koma yang sebenarnya, cantik! Cantik sekali! Wanita ini, yang tentu saja aku sedang mengagumi diriku sendiri.

Mataku balas memandang teliti dari cermin. Tubuh tinggi semampai, rambut terurai panjang, agak kusut.

Aku terus mengamati diriku sendiri di cermin selama beberapa saat sampai akhirnya aku mengulurkan sebelah tangan sampai menyentuh cermin. Sejenak telapak tangan kananku terlihat bersentuhan dengan telapak tangan di cermin. Ini benar-benar aneh, pikirku. Lalu tanpa terasa aku bergumam pada sosok di cermin itu.

“Siapa kau sebenarnya?”

“Kau harus memberiku kekuatan. Terus terang, apakah kau tau saat ini aku sedang sangat gelisah?
Semuanya baru bagiku. Aku tidak tahu apa yang sedang berlangsung saat ini,” kataku putus asa, mengangkat bahu tanda putus asa, tenggorokanku tercekat, susah payah menelan ludah.

Aku tidak bisa berlama-lama karena terdengar bunyi ketukan di pintu. Aku menahan rasa sedih itu lalu
keluar.

“Kamu lama sekali di dalam, ini ganti baju dulu, imo sedang dalam perjalanan kesini,” kata Taemin.

***

-Taemin POV-

“Dia sudah menandatangi surat pulang. Dan permintaan anda untuk membawanya pulang sudah di kabulkan. Jika anda membutuhkan bantuan saya, jangan ragu-ragu menelpon. Kapan pun.”

Aku hanya mampu menganggukkan kepala.

“Semuanya sudah disiapkan. Taksi yang anda pesan ke rumah juga sudah disiapkan.”

Remember Me As A Time of Day✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang