-Naeun POV-
Aku tidak tahu berapa jam sudah berlalu ketika kuterbangun. aku hanya tahu kepalanya sudah tidak
pusing lagi. perlahan-lahan aku mencoba mendorong tubuhku, yang masih terasa agak lemas, agar bisa
duduk. Dan untuk beberapa menit, itu saja yang bisa kulakukan. Duduk dan mencoba tidak bernapas terlalu dalam, kalau-kalau pusing kepalaku kembali lagi. aku tidak tahu kenapa aku sakit seperti ini.
sepanjang hari kemarin aku merasa baik-baik saja, aku masih merasa oke ketika bermain bersama anak-
anak, tapi kemudian kepalaku mulai terasa agak pusing. aku tidak menghiraukannya karena berpikir itu hanya pusing biasa. Tapi tadi pagi aku bahkan tidak bisa mengangkat kepalaku dari atas bantal.
Samar-samar aku ingat beberapa kali Taemin memintaku makan bubur sebelum menyodorkan obat padaku. Aku juga ingat melihat Seungjae dan Naeun di kamarku. Aku melirik kearah jendela untuk
mengukur waktu, tapi mendapati seseorang sudah menutup tirai jendela.Kamarku kini juga diterangi
sinar lampu kekuningan dari nakas sebelah kanan. Aku memicingkan mata untuk melihat jam dinding dan menemukan waktu sudah menunjukkan pukul 22.10.berpikir aku sudah salah lihat, aku meraih jam
tangan di atas nakas dan waktu menunjukkan waktu yang sama. Jam sepuluh? Malam atau pagi?
Perlahan-lahan aku berjalan menuju jendela dan menyingkapkan tirainya, menemukan langit di luar
gelap tanpa bintang.
Malam. Sudah berapa lama aku tidur? Siapa yang mengurus anak-anak sementara aku tidur? Di manakah mereka sekarang? Sambil sedikit meringis aku bergerak ke pintu kamar yang setengah terbuka, menuju kamar anak-anak. Aku mendorong pintu kamar anak-anak dan melihat pemandangan teraneh
yang pernah aku lihat.Membutuhkan beberapa menit untuk menyadari bahwa aku sedang berhadapan dengan tenda yang terbuat dari seprai. Aku tidak tahu bagaimana tenda itu bisa berdiri karena aku tidak
melihat sebatang apapun untuk menyangganya. Tapi harus kuakui, ini adalah tenda paling kreatif dan cool yang pernah aku lihat.
Lain dengan kamarku, kamar anak-anak disinari lampu Natal yang merambat pada langit-langit kamar,membuatnya terlihat seperti bintang di langit pada waktu malam. Lampu itu memberikan cukup sinar
pada mulut tenda yang terbuka sehingga aku bisa melihat dengan jelas tubuh Taemin di antara Seungjae dan Naeun.ketiga-tiganya sedang tidur lelap. Tangan Seungjae dan Naeun memeluk tubuh Taemin erat dan kedua tangan Taemin memeluk tubuh anak-anaknya dengan tidak kalah eratnya.
Bahkan dalam tidur Taemin masih mampu terlihat posesif dan protektif. Aku yakin dia akan membuat siapa pun yang
cukup bodoh mencoba mengambil anak-anak darinya babak-belur dalam hitungan detik.
Suatu keinginan untuk bergabung tidur bersama mereka menyerangku, membuatku mundur selangkah dan menyandarkan kepala pada kusen pintu. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku tidur dengan anak-anak. Mungkin dua tahun yang lalu, sebelum aku kehilangan ingatanku. Dulu, aku dan Taemin tidak
pernah membolehkan anak-anak tidur dengan kami, tidak peduli mereka takut atau sakit, semenjak mereka menginjak umur empat tahun dengan alasan mereka harus belajar mandiri, dimulai dengan tidur sendiri.
Jadi kenapa aku tiba-tiba menginginkan ini?
Buru-buru aku keluar dari kamar itu dan menutup pintu sebelum Taemin terbangun dan menemukanku sedang menatapnya.Suara perutku menandakan minta diisi. Untuk pertama kali semenjak tadi pagi, aku merasa lapar. Kalori
dari beberapa suap bubur buatan Taemin yang bisa kutelan sudah lama terbakar.
***
-Taemin POV-
Aku tidak tahu apa yang membangunkanku, tapi sebelum aku mencapai kesadaran penuh, aku ingat akan Naeun dan mataku langsung terbuka lebar. Aku melihat anak-anak masih tertidur di sampingku
dengan sangat hati-hati aku mencoba melepaskan diri dari pelukan mereka. Seungjae hanya membalik badannya sebelum tertidur kembali, sedangkan Naeun tidak bangun sama sekali. Tidak bisa menahan diri melihat betapa menggemaskannya anak-anakku kalau sedang tidur, aku memberikan ciuman pada
kepala mereka.
“I Love you,” bisikku pada keduanya.
Setelah menutup pintu, aku segera menuju kamar Naeun. aku melirik jam tangan dan menemukan sudah menunjukkan pukul 23.05. aku tidak percaya sudah tertidur bersama anak-anak selama hampir tiga jam, padahal aku hanya berencana menemani mereka sampai mereka tertidur. Tadi siang sebelum
menjemput anak-anak dan menemukan Naeun masih terlelap di tempat tidur setelah mandi, aku
memutukan mengambil beberapa helai pakaian dari rumah untuk menginap di rumah Naeun malam ini.
aku tahu keputusanku menginap mungkin akan menimbulkan masalah untuk penyembuhan Naeun, tapi aku tidak peduli. Yang aku tahu adalah Naeun tidak akan bisa mengurus anak-anak kalau dia bahkan
tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Aku mendorong pintu kamar Naeun dan harus mengedipkan mata beberapa kali ketika melihat tempat tidur kosong. mataku langsung beralih ke pintu kamar mandi yang terbuka. Kemana perginya Naeun? aku memutar tubuh dan melangkah menuju tangga. Di lantai dasar, ruang TV masih gelap seperti ketika
aku tinggalkan beberapa jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me As A Time of Day✅
FanfictionTidakkah kau rasakan waktu berlalu begitu cepat? Ia hampir saja membuatku melupakan satu hal yang paling menyakitkan tentang dirimu. Tentang kau yang tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Tentang lenyapnya impian yang pernah kita rangkai bersama. Hi...