Part 23

70 6 1
                                    

jangan lupa nonton mulmed nya yaa, biar tambah baper :'(

Paris

FLASHBACK ON

-Taemin POV-

Langit cerah, awan-awannya merebak denga warna tulus putihnya, warna rindu, damai cinta biru mengantar kepergian kami, sang pengantin baru.

Derai tawa kecil sesekali terdengar di antara deru pesawat terbang yang sayapnya sering berlenggang begitu menggemaskan memasuki gumpalan awan, sebagai sahabat penerbangannya.

Terlihat dua tangan memadu kasih, menyatukan satu gelas kecil berisi wine yang sudah tidak ada alkoholnya, sparkling grape juice.

“Oppa, jika aku mati nanti, apakah kamu akan menikah lagi?”

“Pertanyaan yang tak perlu kujawab.”

“Kenapa?”

“Itu sama saja kamu meragukanku. Jangan berlebihan sayang.”

“Termasuk cinta?”

Aku terdiam, lalu menyunggikan senyum dan melirik Naeun yang menatapku lekat. Aku ingin mengalihkan sesuatu yang membuatku merasa cengeng jika terlalu dalam bicara cinta. Hal yang selalu aku hindari, karena bagiku cinta tak perlu dibicarakan saat hati telat terpaut, rasa telah tertaut, jiwa telah terpagut pada satu nama. Kami telah menikah dengan sah dan resmi karena cinta itu sendiri.

“Laki-laki jika terus diajak bicara cinta yang terus begini, akan bosan sayang.”

“Kamu berpikir aku akan membosankanmu?”

“Menurutmu?”

“Oppa…”

“Sesuatu yang indah tak harus selalu tampak, istriku.”

“Cinta tak usah terlalu sering diatur, biarkan mengalir sesuai alurnya, mencari celahnya sendiri.
Sekarang bayangkan yang indah-indah saja, bukankah itu katamu, kata hatimu?” lanjutku.

“Ya sudah. Kini aku akan membayangkan kota mutiara itu saja.”

“Nice!”

Naeun menyandarkan kepalanya ke bahu kiriku setelah menyerahkan gelas yang dipegangnya kepada
pramugari. Aku harus mengerti, mengimbangi sifat dan sikap belahan jiwanya kini.

***

Cheongdam

Naeun dan aku sering pergi ke bukit kecil di tepi danau dan berbaring di sana sambil bermandikan sinar matahari. Di samping kami berdua selalu ada sepeda. Langit yang berwarna biru tampak seperti sebuah lukisan yang di warnai dengan cat air. Angin berembus pelan hingga membuat kami mengantuk. Aku
menutup mulut rapat-rapat agar kebahagiaan sempurna yang kurasakan tidak mengalir keluar melalui mulutku. Aku hanya menatap langit.

Waktu yang kuhabiskan bersama Naeun bisa dikatakan adalah kebahagian yang 100% murni.

Tiba-tiba aku kembali merasa takut. Karena aku pernah merasakan kebahagian 100% itu, meskipun setelahnya
selama hidup aku merasakan kebahagiaan hanya 99%, aku bisa membayangkan diriku yang akan terus merasa cemas dan gelisah karena 1% kebahagiaan yang hilang. Maka dari itu, aku semakin takut dan
khawatir kebahagiaan yang terasa tidak nyata ini akan hilang sewaktu-waktu.

“Oppa, sedang memikirkan apa?” Naeun yang membaringkan kepalanya di atas bahuku tiba-tiba bertanya.

“Oppa, sedang memikirkan apa?” Naeun yang membaringkan kepalanya di atas bahuku tiba-tiba bertanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Remember Me As A Time of Day✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang