Part 3

152 7 1
                                    


Cheongdam

-Yoona POV-

Kelihatannya udara di sekitarku mulai membeku.

Entah sudah berapa lama kulewati sia-sia hanya untuk
menunggunya datang. Sejak dulu, orang itu memang punya masalah menepati waktu. Aku sudah mewanti-wantinya untuk datang tepat pukul 16.00 di Candy Café. Tapi nyatanya, sudah dua setengah
jam dia belum muncul juga.

Awas saja kalau dia muncul nanti. Itu mungkin akan jadi hari terakhirnya melihat dunia. Tapi, tidak lucu
rasanya kalau dia harus mati di hari membahagiakan ini. Tanggal 12 November 2011.

“Yoona-ah, kamu pesan apa?” ujar Changwook. Lelaki yang sedari tadi kutunggu akhirnya muncul tanpa menunjukkan rasa bersalahnya sedikit pun di hadapanku.

“Oh ini… aku pesan minuman kesukaanku, jagiya…,” ujarku sambil mengaduk-aduk minuman yang sudah hampir kuteguk setengahnya.

“Hmm… let me guess… mango milkshake setelah sebelumnya kamu pesan rasa cokelat dan vanilla?”

“Itu kamu tahu,” liriku sinis sambil tersenyum manis.

Changwook hanya tersenyum garing menanggapi sindiranku yang sarat makna itu.

Changwook memang kekasihku tersayang sejak tiga tahun yang lalu. Saat aku kelas akhir, dia menyatakan cintanya padaku di tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini, 12 November 2008.

Yah, itu cerita membahagiakan kami tiga tahun silam. Saat kami berdua masih dalam kepolosan balutan seragam putih abu-abu. Saat dia bilang aku ini cinta pertamanya, begitupun yang aku rasakan. Tiga
tahun silam, Changwook mengutarakan perasaannya di kafe ini. Changwook yang pintar, jujur, gentleman, perhatian, lembut dan sangat sopan padaku.

Awalnya aku bisa jatuh cinta padanya, karena selama tiga tahun berturut-turut di SMA aku selalu menjadi lab partner. Meski kami sekelas, aku sama sekali tidak pernah berinteraksi dengannya, malah lab biologi, fisika dan kimia yang menjadi saksi bisu setiap aku bersenda gurau dengannya, mengenal
pribadinya lebih jauh.

Mengenal sosok tinggi menjulang Changwook dengan kacamata berbingkai Hiram yang jadi ciri khasnya itu lebih dalam.

Oke, cukup flash back-nya.

Kembali ke masa sekarang.

“Yoona-ah…kamu sudah menyiapkan apa buat kali ini?” tanyanya sambil mengutak-atik iPad-nya.

Prepare something? For what honey?” ujarku pura-pura tidak tahu. Tumben juga dia ingat hari ini ada
sesuatu yang penting.

“Kamu kan tahu, aku tidak suka sama hal yang berbelit-belit. Jadi di percepatlah, kamu kasih tahu
alasanmu menyuruh aku datang kesini dan walaupun aku sudah telat…” Changwook melihat jam digital di pergelangan tangan kanannya. “Dua setengah jam kamu rela menungguku. Pasti ada hal penting yang
ingin kamu bicarakan.”

Well, kali ini lagi aku salah menduga. Dia benar-benar melupakan kalau hari ini umur hubungan kami sudah mencapai 3 tahun.

Kalau dulu, setiap kali dia lupa monthsary kami, aku pasti langsung ngambek. Kalau sudah ngambek, biasanya dia akan langsung memberiku gulali, es krim ataupun makanan-makanan manis lainnya. Tapi setelah usia pacaran kami menginjak satu setengah tahun, Changwook mulai berubah. Tepatnya sejak aku dan dia sama-sama menginjak usia kelulusan.

Setelah lulus SMA, kami berdua memutuskan untuk masuk perguruan tinggi yang berbeda. Awalnya,
setelah kami berdua berbeda kampus, kata-kata ‘rindu’, ‘sayang’, ‘I love you’, ‘tidak enak kalau tidak ada
kamu’ jadi kalimat pertama yang selalu kami lontarkan setiap kami melakukan komunikasi dalam bentuk
apapun.

Remember Me As A Time of Day✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang