Cheongdam-Jennie POV-
Mataku melirik gelisah arloji di pergelangan tangan kiri. Pukul 17.15. seharusnya aku sudah berangkat dari seperempat jam yang lalu. Kalau lalu lintas lancar, perjalanan ke restoran Thailand tujuanku butuh
waktu sekitar setengah jam.Tapi saat ini hari jumat dan hujan yang mengguyur Seoul sejak pukul setengah empat tadi baru reda, jadi, aku tidak berharap banyak. Tiba setengah jam lebih telat daripada waktu janji pukul 18.00 sudah bagus.
“Ajjushi, tidak ada jalan pintas yang lain? Saya buru-buru,” pintaku dengan nada sedikit lebih mendesak
dibandingkan beberapa saat lalu. Kulirik spidometer yang tidak kunjung beranjak dari angka empat puluh kilometer per jam.“Agashi, semua orang juga buru-buru..” keresahanku sudah di ubun-ubun. Tapi aku diam saja dan bersandar ke jok sambil menarik napas dalam-dalam. Dia sudah menungguku dengan tak sabar,
pastinya, aku tahu.“Sudah tenang saja, kalau dia sabar, pasti maklum dan mau menunggu,” lanjut si sopir sambil melirikku lewat kaca spion. Cerewet juga sopir ini. Dan tanganku langsung gesit mengetik pesan.
Aku telat. Tadi susah mencari taksi. Tunggu aku ya. Maaf, sayang.
Dua menit. Tiga menit. Aku menunggu balasan. Tak ada. Ya sudah. Tapi tiba-tiba terdengar suara nada
pemberitahuan jika ada pesan masuk.Ya.
Singkat, padat dan datar. Yah, masih untung dibalas. Selama satu tahun aku menikah dengan Taeyong, aku sudah nyaris mengenal sifatnya.
He’s open dan mysteriously closed at the same time.
Suatu waktu dia akan lancar membuka diri padaku, meceritakan mimpi-mimpinya.
Namun dia saat lain,
pandangannya kerap menerawang. Seakan ada ribuan pikiran berkecamuk dalam benaknya. Namun jika
kutanyakan, dia hanya tersenyum simpul dan mengatakan tak ada apa-apa.Yang jelas aku tahu dia
paling kesal sama orang yang suka terlambat. dan saat ini aku sedang telat luar biasa.Jemariku lalu menggeser layar dan menyentuh logo instagram.
Tampak deretan foto orang yang ku-follow di sana. aku hanya melihat sekilas foto-foto itu, yang kutuju bagian news following, mencari tahu foto-foto mana saja yang disukai oleh orang yang ku-follow. Dan terpampanglah deretan foto lain.. ada nama Taeyong di salah satunya. Hmm… lets see, ada empat foto yang dia sukai. Dan keempatnya milik
seorang perempuan bernama @im_your_joy. Rata-rata pemandangan gunung dan sawah. Satu foto mendapat komentar Taeyoung, “Bagus, salam kenal. Terima kasih likes-nya:)”Jantungku langsung berdentum-dentum. Cepat-cepat aku ke galeri foto Taeyong. Dan memang benar. Si @im_your_joy, yang menurutku sama sekali tidak imut itu, telah menekan logo hati di kurang-lebih belasan foto Taeyong. Belum lagi komentar-komentarnya, “Hi, fotonya bagus…” “aku ingin ke sini.”
“tempat ini mirip sama tempat tinggalku,” Taeyong memang pintar memotret. Fotografi hanyalah hobi baginya, tapi menurutku kualitas foto-fotonya tidak kalah sama fotografer professional.
Tidak heran wanita ini kelihaatan sangat tertarik.
Belum lagi foto avatar Taeyong yang berlatar pegunungan. Di situ dia memang tampak tampan mengenakan kacamata hitamnya sambil tertawa di bawah cahaya mentari pagi. Dan aku terbakar cemburu. Fans Taeyong di instagram memang banyak. Mayoritas perempuan.
Tapi yang membuat aku kesal, tadi pagi aku juga sudah mengunggah foto Bunga kemangi di kebun Mommy dan sudah mendapat likes sekitar seratus, tapi tak satu like pun dari Taeyong, giliran foto orang disukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me As A Time of Day✅
FanfictionTidakkah kau rasakan waktu berlalu begitu cepat? Ia hampir saja membuatku melupakan satu hal yang paling menyakitkan tentang dirimu. Tentang kau yang tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Tentang lenyapnya impian yang pernah kita rangkai bersama. Hi...