2 Tahun Kemudian
Cheongdam
-Taemin POV-
“Ayah akan hitung sampai tiga, kalau kalian belum turun juga, kalian akan jalan kaki ke sekolah!”
teriakku dari bawah tangga yang disusul teriakan-teriakan panik.
“Tunggu! Kaus kaki aku di mana? Naeun!! kamu ambil kaus kakiku, ya?” teriak Seungjae.
“Tidak, aku sudah ada,” jawab Naeun.
“Satu…,” teriakku
“Arggghh… Tunggu! Kaus kakiku hilang ayah!!” teriak Seungjae lagi. aku mendengar langkah kecil berlari
masuk kembali ke dalam kamar tidur.
“Pakai yang lain saja,” aku mendengar Naeun sedikit mengomel.
“Aku tidak mau pakai yang lain. Itu kaus kaki yang aku suka!! ” jawab Seungjae
“Sama saja, sama-sama putih,” balas Naeun
“Lain!” Seungjae tetap bersikeras.
“Dua…” Teriakku lagi sambil melirik jam tangan.
Sekarang sudah pukul 06.35. aku mendongak ketika mendengar ada langkah halus sedang menuruni tangga. Naeun terlihat rapi dengan seragam sekolahnya.
“Seungjae mana?” tanyaku.
“Sebentar lagi turun, lagi pakai kaus kaki,” ucap Naeun lalu berjalan menuju lemari sepatu.
“Seungjae!!!” panggilku.
“Sebentar ayah!!” Seungjae menjawab sebelum kemudian tubuh kecilnya berlari menuruni tangga. Lain
dengan Naeun, Seungjae masih terlihat berantakan.Rambutnya tidak disisir dengan rapi, kemejanya
sudah dimasukan ke dalam celananya dengan asal dan kerahnya naik di bagian belakang.
“Dasinya mana?” tanyaku sambil menurunkan kerah kemeja Seungjae.
Seungjae langsung melirik Naeun yang menganggukan kepalanya. “Ada di Naeun,” jawab Seungjae.
Aku mencoba melarikan jari-jari pada rambut Seungjae agar lebih rapi, tapi rambut itu menolak bekerja sama, sebelum melepaskan Seungjae berlari ke arah lemari sepatu.
“Lampu kamar kalian sudah mati semua?” tanyaku.
“Sudah,” jawab Seungjae dan Naeun bersamaan“AC?” tanyaku lagi.
“Sudah,” jawab Seungjae sambil mengenakan sepatunya.
“Yakin?” jawabku. seungjae mengangguk semangat
“Ya sudah, ayo berangkat. Kita sudah telat ini,” ucapku sambil menunggu dengan sedikit tidak sabar
hingga Seungjae selesai mengikat tali sepatunya.
Pukul 06.45 Naeun dan Seungjae berlari melewatiku sambil berteriak, “Aku duduk di depan!!,” pada saat
bersamaan.
“Aku duduk di depan, kamu kemarin sudah duduk di depan,” omel Naeun.
“Tapi aku kemarin sakit, jadi Ayah kasih aku duduk depan,” sangkal Seungjae.
“Kamu mengalah sekali-kali. Minggir, sekarang giliran aku.” Naeun mencoba mendorong Seungjae yang sedang mengadangnya di depan pintu penumpang mobil.
Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka. Setelah menutup pintu rumah aku pun menaiki mobil dan menghidupkan mesin. Aku menurunkan kaca jendela bangku penumpang dan
berteriak, “Ayah tidak peduli siapa yang duduk depan, tapi kalau kalian tidak masuk sekarang juga, Ayah
berangkat sendiri. Dan ayah bisa minta Aunty Seolhyun yang mengantarkan kalian.”
Dari kaca spion kanan aku melihat Naeun menundukkan kepalanya dan membuka pintu belakang, sedangkan Seungjae membuka pintu depan dengan senyum penuh kemenangan. Mau tidak mau aku tersenyum melihat anak-anak ini.Meskipun mereka adalah anak kembar, tingkah laku mereka seperti bumi dan langit.
Keduanya memang memiliki kepandaian jauh di atas rata-rata, tetapi secara emosi Naeun jauh lebih dewasa daripada Seungjae. Sehingga walaupun kadang-kadang Naeun kelihatan sudah kehabisan kesabarannya menghadapi Seungjae, akhirnya dia selalu mengalah juga.
Aku mengucap syukur karena lalu lintas cukup lancar untuk hari rabu, sehingga kami bisa sampai di
sekolah sebelum bel berbunyi.“Belajar yang tekun, ya” ucapku sambil mencium pipi Seungjae dan Naeun. “Jangan nakal. Ayah tidak mau dipanggil lagi karena kalian. Oke?”
“Oke, Ayah,” jawab Naeun dan Seungjae bersamaan. Lalu kami turun dari mobil dan berjalan memasuki area sekolah sambil bergandengan tangan.Anak-anak tidak pernah berhenti membuatku terkesima, satu menit mereka bertengkar sudah seperti perang dunia ketiga, tapi menit selanjutnya mereka sudah
akur seakan-akan pertengkaran tidak pernah terjadi.
Setelah satu lambaian tangan kepada mereka, aku membawa mobilku ke jalan raya. Hari ini jadwalku tidak terlalu padat, dan anak-anak akan di jemput pengasuhnya. aku bisa menyempatkan menengok Tae
Hee imo di Ulsan. Selain karena aku merindukan suasana Ulsan, aku tidak terlalu betah berada di rumah
karena Mommy selalu saja berusaha menjodohkanku dengan wanita lain tanpa pernah dia tahu bahwa sosok Naeun tidak akan tergantikan sampai kapanpun.
***
Rainbow Café, Ulsan
Aku selalu datang ke kafe ini ketika matahari tertutup awan dan huan turun perlahan.Aku selalu memesan secangkir gingseng madu hangat. Duduk di tempat favoritku di sudut ruangan, dekat jendela.
Senyumku mengembang ketika titik-titik air perlahan turun membasahi kaca jendela.
Sudah dua tahun aku tidak pernah sekali pun memilih posisi tempat duduk yang berbeda. Aku juga tidak
pernah datang di waktu lain.Selalu ketika hujan. Saat matahari beristirahat sejenak karena awan hitam hadir menyelimutinya.
Aroma gingseng segar selalu tercium dari kafe ini. Gingseng madu hangat yang terkenal seantero kota.
Semua orang selalu memanggil pemilik kafe itu dengan Imo.
“Hujannya agak deras hari ini. Sepertinya dia tidak muncul.”
“Tidak apa-apa, imo. Saya mau menunggu saja sampai hujannya reda. Saya pesan…”
“Gingseng madu hangat,” potong imo cepat dengan tatapan matanya yang teduh.Seperti hafal benar
kebiasaanku.
“Gingseng madu hangat, buatan imo,” aku menambahkan dengan tawa kecil. Tatapanku tak berpaling dari wanita yang kini tengah sibuk meracik gingseng di balik meja dapur.Wanita yang telah membesarkan perempuan luar biasa yang namanya tidak luput dari setiap doa-doaku.
Son Naeun…
Son Naeun adalah wanita aneh dengan sejuta dongeng warna-warni, ribuan cerita seru dan ratusan kata-
kata ajaib yang terlontar begitu saja dari mulutnya tanpa disadari. Wanita yang selalu menganggap dunia ini taman bermainnya. Wanita aneh itulah yang membawaku menjadi pengunjung setia kafe ini.
Membuatku mencintai sudut tempat duduk yang sama. Dekat jendela. Dengan hujan dan secangkir gingseng madu hangat di meja.
Entah sudah berapa kali aku mengulang-ulang setiap momen kebersamaan kami di memori kepalaku.
Aku selalu menyukai setiap momen bersamanya. Aku suka suasananya, rasanya, emosinya, warna-warninya… hingga aku sadar diri ini mencandui sosoknya. Sosok yang nyaris membuatku gila karena tidak ada satu orang pun yang percaya pada keyakinanku bahwa suatu saat nanti dia akan hadir kembali
menemaniku, kecuali…. Tae Hee imoTBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me As A Time of Day✅
FanficTidakkah kau rasakan waktu berlalu begitu cepat? Ia hampir saja membuatku melupakan satu hal yang paling menyakitkan tentang dirimu. Tentang kau yang tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Tentang lenyapnya impian yang pernah kita rangkai bersama. Hi...