Part 1
.
.
.
Feel Warm when I See YouNow playing ^Everything has Changed - Taylor Swift ft. Ed Sheeran^
Kalau bukan karena masih punya teman bernama Sam di Jakarta, laki-laki dengan kaos hitam bergambar laba-laba itu tak akan mau ketika diajak berlibur ke Jakarta oleh sang kakak. Banyak yang bisa ia lakukan di Lombok untuk menghabiskan liburan akhir tahun, seperti tidur atau bermain game online seharian,misalnya.
Deven memantulkan bola basket beberapa kali sebelum melakukan lay-up dengan sempurna. Kekalahan yang kesekian membuat Sam kembali berdecak dan memutuskan untuk menepi.
"Udahan?" tanya Deven sambil melepas ikat kepalanya dan berjalan menghampiri laki-laki berumur empat tahun di sebelah Sam.
"You're look so cool," puji bocah berwajah oriental yang sekilas mirip dengan Sam itu.
Deven menunjukkan deretan giginya lalu menepuk-nepuk puncak kepala Niko, sepupu Sam yang terpaksa dibawa syuting karena orang rumah sedang pergi.
"I thought your big bro was cool too, doesn't?"
"Yes, little."
"Niko mau nitip sesuatu nggak? Sam mau ke minimarket," Sam bertanya tanpa menggunakan kosakata bahasa Inggris sedikit pun.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, Niko juga menjawabnya dengan bahasa Indonesia yang lancar, "Niko mau eskrim rasa vanila."
"Oke. Dev, gue titip Niko bentar."
Deven mengangguk, mengantar Sam dengan pandangannya, lalu kembali menoleh ke arah Niko sambil memicingkan mata dan menipiskan bibir.
"Kenapa ke Sam pakai bahasa Indonesia, tapi ke aku enggak?"
"Soalnya Deven seperti orang-orang di Bali yang diajak Papa bicara pakai bahasa Inggris."
Deven membelalak.
"Kamu pikir aku-"
"Ya."
Sepersekian detik kemudian, Deven tertawa terpingkal-pingkal. Ia sama sekali tak memiliki darah bule. Juga memiliki sesuatu yang bisa dipandang seperti bule, semacam mata biru atau rambut pirang.
"Can you play it again?"
Niko sepertinya sangat suka dengan permainan basket Deven. Laki-laki 16 tahun itu mengangguk sebelum mengambil kembali si bundar merah batanya.
"Sure."
Di sisi lain, Anneth dan Joa baru saja turun dari taksi di depan gedung sekolah. Keduanya berjalan bersebelahan sambil sibuk memainkan ponsel masing-masing meski tetap berbicara satu sama lain.
"Lagi chattingan sama cowok lo?" Joa bertanya.
"Iya. Lo juga?"
Joa menganggu biarpun Anneth tak akan melihatnya, "Sam bilang dia sama Deven di lapangan. Lagi main basket. Nonton yuk!"
Kali ini Joa menggelapkan layar ponselnya dan memasukkannya ke saku.
"Bentar."
Sementara itu, Anneth masih sibuk menggerakkan dua ibu jarinya di atas keyboard.
"Cowok lo nggak sibuk emang? Nggak lagi syuting?"
"Ini lagi break. Dia kan perhatian, Jo. Biapun sibuk tetep kabarin gue," Anneth melambaikan ponselnya di depan Joa, menunjukkan percakapan di kolom chat yang dipenuhi emotikon hati. Seketika Joa merinding. Ia baru tahu sahabatnya sebucin itu ketika berkirim pesan.
![](https://img.wattpad.com/cover/256014935-288-k282983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fiksi Penggemar"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...