Part 46

481 68 24
                                    

Part 46
.
.
.
Bring Me Back

Now playing ^Cintakan Membawamu Kembali - Dewa19 (Andi Guitara & Nadiya cover)^


Dua minggu ini Anneth lebih sering mengurung diri di kamar. Deven bukan pacar pertamanya, itu artinya bukan pertama kali pula Anneth mengalami putus cinta. Patah hati luar biasa yang Anneth rasakan saat ini adalah imbas dari besarnya ekspetasi Anneth terhadap hubungannya dengan Deven. Selama ini ia yakin bahwa Deven akan menjadi satu-satunya yang mampu bertahan, bahwa Deven adalah orang yang mampu bertahan hingga Anneth menggapai mimpinya. Namun kenyataan tak berakhir semanis keyakinan. Mereka berakhir.

Hari ini adalah hari libur, namun Anneth masih memiliki beberapa projek yang harus dirapatkan dengan tim. Jadi, sebenarnya Anneth tengah menunggu Leo dkk datang. Gadis itu berpindah dari ranjang ke kursi di depan cermin, memandang pantulan dirinya sendiri di cermin yang tampak menyedihkan, rambut kusut dengan lingkar hitam di sekitar mata. Untungnya mami membuat Anneth tak pernah absen makan.

Tok tok tok

Pintu kamar Anneth diketuk. Gadis itu segera mengikat rambutnya asal dan berdiri untuk menyongsong siapa yang datang.

"Shane?"

Laki-laki berfrakles kecil dengan mata amber terlihat begitu Anneth membuka pintu. Shane ada di sana, dengan sekotak brownis yang ia angkat tinggi sambil tersenyum lebar.

"Boleh aku masuk?" tanya Shane.

Mata Anneth membola untuk sesaat. Sudah cukup lama ia tinggal di LA dan baru sekarang Shane berani bertanya demikian. Selama ini ia selalu menghormati privasi Anneth, apalagi ia tahu jika di Indonesia, tindakan laki-laki masuk ke kamar perempuan tidak pernah dibenarkan.

Anneth melongok ke balik punggung Shane yang menayangkan pemandangan ruang tamu dengan banyak orang. Oke, ini akan baik-baik saja. Lagipula mereka sudah cukup dewasa untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.

"Kalau nggak boleh, nggak apa-apa," interupsi Shane begitu melihat perubahan ekspresi Anneth.

"Eh, enggak kok. Boleh-boleh. Masuk aja."

Anneth berlalu lebih dulu menuju kursi depan cermin dan Shane menyusul setelah menutup pintu.

"Masih sedih?" tanya Shane begitu telah duduk dengan nyaman di ranjang yang hanya berjarak dua jengkal dari tempat Anneth duduk.

Fyi, sekarang ini Anneth tengah menyisir rambutnya menghadap cermin karena sengaja tak ingin berhadap-hadapan dengan Shane, membiarkan laki-laki itu hanya memandang punggung dan pantulannya di cermin.

"Lo tau perasaan gue sama Deven nggak sedangkal itu, Shane. Ibaratnya, gue dan dia udah menggali terlalu dalam, terus tiba-tiba dia naik duluan dengan membawa tangga yang cuma satu. Menurut lo gue gimana?"

"Terjebak," jawab Shane.

Anneth terkekeh miris sebelum melanjutkan jawaban Shane, "Selamanya."

Tiba-tiba Shane risau mendengar kata 'selamanya'. Ia ikut bersedih, namun putusnya Anneth dan Deven adalah peluang besar untuk dirinya seperti yang Leo katakan.

"Ini kesempatan kamu, Shane. Anneth sedang patah hati. Gadis yang sedang rapuh seperti dia sangat membutuhkan orang lain. Ini saatnya kamu masuk sebelum Anneth kembali menutup hatinya setelah mengantar kepergian Deven."

Ya, kalimat Leo lebih terdengar seperti perintah agar Shane mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dan Shane akan mengambilnya. Leo benar.

"Neth, seandainya ada seseorang dengan tangga baru dan bersedia membawa lo naik, apa lo mau?"

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang