Part 25

570 77 35
                                    

Part 25
.
.
.
Since a Year Ago When We Met

Now playing - ^Can't Help Falling in Love with You - Haley Reinhart^

Sudah mendekati dini hari, namun laki-laki di atas kasur bermotif Spiderman itu tak kunjung memejamkan mata. Kantuknya lesap seiring datangnya pemikiran-pemikiran aneh tentang hubungannya dengan sang pacar di masa depan.

Deven tengah berada di jam-jam overthinking. Sudah tiga hari ini hampir di jam yang sama Deven selalu terjaga. Semua bermula dari pertengkarannya dengan Amel beberapa minggu lalu. Deven merasa jika Amel punya labelnya sendiri tentang Anneth. Ia harus segera mempertemukan Anneth dengan kakaknya jika tak ingin salah paham ini berlarut-larut.

Sudah enam bulan sejak kepindahannya ke Jakarta dan dua bulan selepas ia resmi berpacaran dengan Anneth, namun dua perempuan penting dalam hidupnya belum pernah bertemu secara khusus.

Sore hari sepulang sekolah, Deven meminta izin kepada orang tua Anneth untuk mengajak anak gadis mereka main ke apartemennya. Tentu saja setelah mengatakan jika Amel sedang di rumah dan mereka tak hanya berdua.

"Dev, serius?" tanya Anneth yang menahan tangan Deven ketika laki-laki itu mulai menekan password.

Deven melihat keraguan di mata Anneth dan ia mewajarkannya. Dulu ia juga segugup itu ketika pertama kali bertemu mami dan papi Anneth.

"Kak Amel nggak gigit orang, Neth."

"Mm," Anneth memainkan jari-jemarinya untuk mengalihkan rasa cemas, "kayaknya first impression Kak Amel ke aku nggak bagus, deh."

Deven menarik lagi tangannya dari pintu dan berputar menghadap Anneth. Tangan kiri Deven mendarat di bahu Anneth, sementara tangan kanan laki-laki itu mengelus kepala kekasihnya lembut.

"Jangan mikir yang enggak-enggak dulu."

"Gimana ya, soalnya sewaktu dianter Kak Amel ke bandara tahun lalu, moodku lagi nggak bagus, Dev. Ekspresiku nggak mengenakkan," timpal Anneth sambil mengingat-ingat momen sebelum dirinya meninggalkan Lombok dengan diantar Amel dan Deven ke bandara.

"Kayaknya Kak Amel lebih suka sama Joa," lanjutnya.

"Hus, ya enggak lah," Deven tidak suka Anneth berkata seperti itu. Sebab pacar Deven adalah gadis manis di hadapannya, bukan Joa, bukan pula orang lain. Kali ini Deven benar-benar membuka pintu dan menggandeng Anneth agar lekas masuk ke dalam.

Amel yang tengah duduk dengan earphone di telinga menjadi pemandangan pertama yang berhasil membuat Anneth kian berkeringat dingin.

"Kak Amel, lihat aku bawa siapa?"

Merasa dipanggil, gadis yang sekilas mirip Deven itu lantas menoleh. Bukan pada Deven, pandangannya justru langsung tertuju pada Anneth.

"Anneth!!!"

Di luar dugaan, Amel langsung berdiri dan memeluk Anneth seperti adiknya sendiri. Deven turut lega mendapati prasangkanya dan juga prasangka Anneth sama sekali tak terjadi.

"Sini duduk!"

Amel menuntun Anneth untuk duduk di sofa, "Udah hampir setahun kita nggak ketemu. Kenapa baru sekarang main ke sini? Padahal satu gedung, lho. Sumpah, kamu makin cantik, Neth. Nggak kaget sih kalau adek aku kesengsem sama kamu," celoteh Amel yang ditanggapi Anneth dengan senyum malu-malu.

"Oh ya, aku nggak minta Anneth makan dulu supaya bisa makan masakan Kak Amel malem ini," ujar Deven yang sudah duduk menyelonjorkan kaki ke atas meja sementara kepalanya ia sandarkan di bahu sang kakak.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang