Part 39
.
.
.
Miss You So BadNow playing ^Kangen - Dewa 19^
"Sini kalengnya!"
"Yah, jangan dong!"
"Siniin nggak?" Mulai mengancam, "siniin atau gue rebut paksa?"
Kaleng soda pun berpindah tangan sebelum isinya berakhir di wastafel.
"Tadi pagi soda, sekarang juga soda. Semalem mie instan, kemarin borong ciki. Lo kalau makan junkfood mulu mending kita putus, deh."
"Jangan dong, Cha," rengek Friden yang jadi tontonan khalayak karena Charisa memarahinya di kantin, "masa makan junkfood doang sampai putus?"
Charisa mengerling, "Woiya jelas, dong. Mending putus sekarang daripada perasaan gue makin dalem, terus nanti kita nikah, tapi lo penyakitan dan mati muda. Gue nggak mau jadi janda."
"Anjer! Omongan lo horor amat," Friden mengusap tengkuknya karena merinding. Ternyata ia punya pacar yang mulutnya sama-sama tidak bisa difilter.
"Lo mau gue jadi janda?"
"Ya enggak, sayang."
"Ya udah, berhenti makan junkfood! Nggak ada soda-sodaan. Mulai sekarang lo cuma boleh minum air putih, jus, sama susu."
"Duh, balik jadi bayi gue," gumam Friden sebelum mendapat pukulan pelan di perut.
"Ini juga. Buncit banget, sih? Nggak pernah olahraga lagi pasti. Astaga Iden, gue nggak nuntut lo punya badan bagus, tapi kelebihan berat badan juga nggak sehat tau. Noh, lihat si Depen. Badannya udah kayak anak taruna," omel Charisa panjang lebar.
"Ya udah, sana sama Deven aja," Friden pura-pura merajuk.
"Oh, dengan senang hati. Mumpung Annethnya juga nggak ada," seloroh Charisa dengan pandangan mengintimidasi ke arah Friden.
"Gue juga mau, Cha," cicit Aza yang sejak tadi diam memerhatikan perdebatan dua manusia itu.
"Lhoh, apa-apaan? Kamu masih suka sama Deven?" Gogo kelimpungan.
Sementara itu, Deven yang menjadi bahan perdebatan hanya diam di kursi paling ujung. Deven tak memperdulikan keributan teman-temannya dan sibuk mengerjakan latihan soal.
Setelah Anneth pergi, laki-laki itu jadi luar biasa gila belajar. Tak ada lagi kerecehan dan omongan-omongan pede tingkat dewa seorang Deven Christiandi. Ia menjadi pendiam dan acuh, apalagi dengan orang-orang selain keenam temannya.
"Aghss!!"
Deven mendorong bukunya menjauh. Laki-laki itu mengacak kepala dan sedikit menjambaki rambutnya.
"Wa, lo tau jawaban soal ini nggak?" tanya Deven sambil mendekatkan bukunya ke Nashwa.
Takut-takut Nashwa mendekat, membaca soal yang dimaksud Deven, dan menggeleng pelan. Kembali Deven mendecak. Laki-laki itu membuka laptop dan mulai sibuk lagi.
"Dev?" panggil Joa.
Deven menoleh ogah-ogahan, "Ck, kenapa, sih?"
"Lo belum makan."
"Nanti," singkat Deven sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada layar laptop.
"Nyiksa diri mulu sih," dumel Joa sambil memotongkan ayam goreng Deven menjadi kecil-kecil.
"Nih beb, kamu suapin dia!" pinta Joa pada Sam.
"Lhoh, kok aku? Deven udah gede kali. Bisa makan sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fanfiction"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...