Part 17

650 82 28
                                    

Part 17
.
.
.
Bring Me Up

Now playing ^What About Us - P!NK^

Langit masih gelap dan orang-orang dapur belum selesai menghidangkan sarapan di meja makan, namun laki-laki bermata minimalis itu telah siap dengan seragam marun-donkernya. Sejak jam empat pagi, Sam telah meninggalkan kamar untuk mengedit video di ruang khusus. Minggu ini ia tak hanya mengedit satu atau dua video, tetapi lima video sekaligus.

Brakk

Dentum setelah dibantingnya pintu ruangan Sam membuat laki-laki itu refleks menoleh. Patahnya gitar kesayangan adalah pemandangan pertama yang Sam tangkap sebelum sosok pria yang berdiri tak jauh dari pintu.

"Buang-buang uang lagi kamu!"

Sam menunduk meratapi gitar kesekian yang kembali dirusak oleh papanya sendiri. Bukan hanya dibanting atau dipatahkan, alat-alat musik Sam juga sering berakhir di tempat pembakaran.

"Papa kasih kamu uang bukan buat beli barang-barang nggak berguna, Sam!"

Sam diam menunduk, namun tangannya mengepal kuat. Ia tak pernah menyentuh uang pemberian papanya sepeserpun. Sam membeli keperluannya dengan uang sendiri. Uang yang ia hasilkan bersama Joa dengan menjadi content creator dan fotografer di waktu-waktu luang. Banyaknya followers yang Sam miliki juga membuatnya menerima beberapa endorse. Semua itu ia lakukan bersama-sama dengan Joa. Namun suatu ketidakmungkinan untuk mengatakan hal itu pada papanya. Sang papa tak pernah setuju Sam terjun di dunia lain selain bisnis.

"Sekali lagi kamu ketahuan main musik atau terlalu asik sama kameramu, Papa nggak segan-segan berhenti kasih kamu uang!"

Pria paruh baya itu berlalu dari hadapan Sam, namun kalimat-kalimat menyakitkannya masih terngiang-ngiang sampai sekarang.

Sejak kecil Sam sudah dibiasakan untuk tunduk dan takut kepada orang tua, terkhusus sang papa. Seperti tadi, ia akan selalu diam saat dimarahi tanpa melakukan perlawanan. Namun Sam tak akan pernah meninggalkan hal-hal yang membuatnya bahagia. Musik dan kamera sudah menjadi sebagian dari hidup Sam meski tak ada darah seniman yang mengalir di tubuhnya.

Jika sudah seperti ini, Sam akan membuang gitar miliknya karena sering kali mereka sudah tak bisa diperbaiki. Ia meruntuki kecerobohannya yang tak menyembunyikan kembali gitarnya setelah dimainkan tadi malam.

"Maaf Dash Sembilan, lo harus nyusul Dash Delapan," ujar Sam pada gitar yang telah menemaninya selama dua bulan terakhir.

Lagi-lagi Sam mengepalkan tangan kuat-kuat. Semakin lama ia semakin muak menjadi anak dari seorang pengusaha ambisius seperti papanya. Namun Sam lebih muak karena tak bisa melakukan apapun sampai sekarang. Ia sangat menyayangi papanya.

Sam menyambar kunci motor untuk menumpahkan kekesalannya ke jalanan. Ya, Sam telah mengantongi izin untuk mengemudi, tetapi ia belum memiliki mobil sendiri sehingga tak bisa mengendarai mobil seperti Deven.

Di lain tempat, Joa tengah bersenandung kecil di teras rumah sembari menunggu sangat supir selesai mengeluarkan mobil. Gadis itu asik melihat-lihat hasil fotonya yang diambil Sam beberapa waktu lalu.

Seharusnya ia diantar supir pagi ini, tapi batal setelah ninja hitam berhenti di pelataran rumah.

"Sam?" Joa tersenyum antusias dan langsung meninggalkan kursi rotannya.

Joa menghampiri Sam dengan sumringah, lain dengan Sam yang masih kesal karena harus membuang gitarnya sendiri pagi ini.

"Hei beb, kenapa?" tanya Joa khawatir. Dirabanya dahi Sam untuk memastikan laki-laki itu tidak sakit.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang