Part 37
.
.
.
See You Next TimeNow playing ^Waktu yang Tepat - Anneth & Deven^
"Apa ini?"
Anneth baru saja pulang dari Manado untuk berpamitan dengan keluarga besarnya. Ia cukup heran mendapati Deven menjemputnya di bandara, menyetir mobil, bahkan mentraktir Anneth dan maminya makan siang.
Sekarang laki-laki itu malah menyerahkan sebuah notes pada Anneth. Buku kecil yang seharusnya bisa diganti dengan to do list modern via smartphone.
"Sepuluh Hal dalam Sepuluh Hari Bersama Anneth?" Anneth membaca dengan keras deretan kata di barisan paling atas.
"Apaan sih, Dev?" ulang Anneth sambil mengernyit heran.
"Deven mau lakuin hal-hal seru bareng kamu sebelum pergi ke LA, Neth," Mami Anneth yang tengah menikmati cah kangkungnya ikut menjelaskan.
Anneth mengangguk-angguk, "Tapi aku masih harus manggung, Dev."
"Lhoh, kan, udah putus kontrak sama Samquine?"
Anneth tersenyum. Raut lelahnya berusaha memberi pengertian.
"Tapi masih ada janji sama beberapa event, sayang," bisik Anneth agar tak terdengar oleh maminya.
Deven jadi kelimpungan sendiri dipanggil sayang. Ia masih belum terbiasa dengan Anneth yang mendadak manis begitu.
"Ya udah, nego deh. Lima hari. Masa iya H-5 berangkat masih manggung?" rayu Deven.
Anneth tampak berpikir sejenak lalu membetulkan letak kaca matanya yang sempat melorot. Iya, entah kenapa akhir-akhir ini Anneth sangat suka mengenakan kacamata. Tak dipungkiri Deven lebih suka dengan penampilan Anneth yang sekarang. Terlihat lebih manis dan dewasa.
Anneth menepati janjinya untuk melakukan hal-hal menyenangkan bersama Deven selama lima hari. Entah yang hanya berkeliling di mall dan keluar-masuk bioskop, berkeliling mengendarai motor, lari-larian di pantai, membuat pie di apartemen, atau bermain monopoli sambil goleran di balkon. Intinya Deven ingin memperbanyak kenangan dengan Anneth sebab tiga tahun tanpanya bukan perkara mudah.
"Kita mau kemana?" tanya Anneth. Tangannya digenggam erat oleh sang kekasih seperti anak SD yang akan menyeberang jalan.
Setelah keluar dari gedung, Deven masih menarik Anneth cukup jauh melewati halaman dan taman sebelum akhirnya tiba di tepi jalanan yang agak lengang. Anneth ingat, ia pernah bersembunyi di sana ketika dikejar gangster setahun lalu bersama Deven.
"Surprise!!!" teriak Deven.
Anneth tidak terkejut sampai ternganga-nganga. Keterkejutan Anneth hanya sebatas ada apa nih karena mendapati keenam temannya beserta pacar masing-masing berada di atas motor.
"Kalian mau ke mana?" Anneth bertanya dengan mata mengarah pada Joa.
"Kita konvoi, Neth. Ke puncak!"
Bukan Joa yang menyahut, melainkan Gogo.
"Hah?" Anneth melotot, "ke puncak? Malam-malam begini? Naik motor? Jangan aneh-aneh, deh."
Gegara ucapan Gogo yang kelewat nyeleneh, Aza yang berada di boncengan langsung menggeplak lengan gempalnya.
"Enggak, Neth. Kita juga belum tau mau kemana. Itu Deven yang ngajak," interupsi Aza.
Pupil mata Anneth beralih menatap Deven. Laki-laki dengan hoodie bermotif tie-dye itu tak memberi penjelasan apapun. Ia hanya memakaikan helm ke kepala Anneth, mengaitkan pengaitnya, lalu meminta Anneth naik ke boncengan.
![](https://img.wattpad.com/cover/256014935-288-k282983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fanfiction"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...