Part 15

636 85 18
                                    

Part 15
.
.
.
You and My Disappointment

Now playing - ^I'm Not the Only One - Sam Smith^

"Deveeennn!!! We love you!!!"

Joa menggeleng. Kepalanya pening. Ia benar-benar tak bisa menikmati pertandingan. Suporter Arpegio memang tak pandang tempat. Alih-alih meneriakkan Arpegio atau Agler, sedari tadi perkumpulan perempuan bersuara toa itu hanya meneriakkan nama Deven.

"Ya ampun ya ampunnn! Anak orang ganteng banget woy!"

"Susah Neth, susah. Saingan lo bar-bar semua," bisik Joa pada Anneth yang tampak acuh.

"Biarin sih Jo," sahut Anneth. Ia tak akan mempermasalahkan orang-orang yang hanya berani meneriaki Deven secara beramai-ramai, namun pingsan ketika berbicara face to face.

Sebenarnya Anneth tak sepenuhnya menikmati pertandingan. Sama seperti para suporter perempuan Arpegio, Anneth juga hanya memperhatikan laki-laki yang berulang kali menyisir rambutnya ketika sedang mendrible bola.

Anneth bertanya-tanya, mengapa laki-laki itu begitu manis hari ini. Dimulai dari pelukan menenangkan di lorong apartemen, genggaman tangan sepanjang jalan, sampai menyebutnya pacar di depan para pengganggu. Ya, Anneth tahu yang terakhir hanya upaya untuk menyelamatkannya dari berandal-berandal Bumantara. Namun tetap saja, perempuan seharusnya tak diperlakukan seperti itu tanpa alasan.

"Wuooooo!!!"

Pertandingan berakhir dan kemenangan diraih oleh Agler. Sontak para suporter semakin menggila. Bahkan Joa pun ikutan berteriak sambil merangkul Sam. Anneth memilih untuk hanya bertepuk tangan dan menyimpan rasa bangganya pada kapten basket Agler secara diam-diam.

Setelah saling merangkul di lapangan, Agler bubar ke tepi lapangan. Ada yang meneruskan tos kemenangan, ada yang menerima selamat dari coach Rizky, ada yang tanpa sengaja berpelukan dengan Charisa, dan ada juga yang berlari-lari kecil menghampiri Anneth lalu hanya berdiri tanpa melakukan apapun.

"Do you want to say something, girl?" tanya Deven pada akhirnya.

Anneth menggeleng, "Enggak. Emang harus ngomong apa?"

Biarpun kecewa, Deven sama sekali tak menghilangkan muka tengilnya. Ia justru menciptakan mimik lucu dan membuat dirinya seolah-olah Anneth yang tengah memberikan selamat.

"Wah Deven ... selamat, ya, Agler menang! Kalian hebat!" seru Deven sambil menirukan suara Anneth.

Anneth hanya terkekeh. Mana mungkin ia berteriak seperti itu.

"Sini deh!"

Deven menaikkan sebelah alisnya bertanya-tanya, "Apaan?"

"Sini makanya."

Deven mendekatkan telinganya ke wajah Anneth. Gadis itu mengeluarkan sebotol minuman dingin dari dalam tas dan menempelkannya ke pipi Deven.

"Kamu keren," bisik Anneth.

Dua kata itu memberikan efek sihir pada Deven. Pipinya menghangat seperti terkena sinar matahari pagi.

🎧🎧

Pertandingan persahabatan hari itu berakhir pukul empat sore. Tim Sera belum berhasil menyandang gelar pemenang karena Charisa harus ditukar keluar di tengah pertandingan. Kapten perempuan itu mengalami cedera di bagian lengan setelah terjatuh dengan ganjil. Seseorang dari timnya sendiri seperti sengaja mendorong Charisa sampai terguling di lapangan.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang