Part 9
.
.
.
MediationNow playing ^What Do You Mean - Justin Bieber^
Keesokan harinya, Nashwa duduk di bangku yang seharusnya menjadi tempat duduk Deven. Deven sudah berusaha mengusirnya, namun tak mudah sebab Nashwa mendapat pembelaan dari Charisa."Ayolah Wa, balik ke tempat duduk lo sendiri," ujar Deven masih sambil berdiri mencangklok tas di bahu kanannya.
"Ih, nggak bisa, anak baru..." Nashwa tak peduli, "gue ada bisnis sama Ucha. Tuh depan, lo duduk di bangku gue aja."
Deven melirik ke bangku Nashwa yang bersebelahan dengan milik Anneth. Untuk sekarang mungkin tak masalah karena Anneth belum berangkat. Tapi jika Anneth sudah menampakkan batang hidungnya, sudah bisa dipastikan suasana canggung akan kembali terjadi. Belum lagi Deven telah membuat gadis itu menangis tadi malam.
"Gue duduk sama lo, deh, Go. Biar Friden yang di depan," dirasa membujuk Nashwa tak akan berhasil, Deven beralih pada Gogo dan Friden yang sudah asik mabar sepagi ini.
"Gue sih mau-mau aja duduk sama Anneth," tutur Friden tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.
"Tapi gue yang nggak bolehin," serobot Gogo, "gue sama Friden harus bikin tugas portofolio. Cuma kita yang belum bikin."
Friden mengangguk mengiyakan. Alhasil untuk sementara waktu Deven duduk berhimpitan dengan Friden dan Gogo setelah memaksa mereka menyatukan kursi agar lebih luas.
Di saat yang bersamaan, Anneth datang dengan mata sembab. Baik Charisa maupun Nashwa tak berani menyapa, apalagi anak-anak cowok. Seolah Anneth bisa berubah menjadi monster jika mereka ganggu.
"Ven, aelah, duduk di tempat lo sana! Sempit," Gogo yang gempal merasa ruang geraknya terganggu oleh keberadaan Deven.
"Lah, tempat gue didudukin Uwa."
"Ya kan bisa duduk di depan," celetuk Nashwa setelah namanya disebut-sebut.
Deven tak tahu jika mereka berempat tengah berkonspirasi atas perintah dari Joa dan Sam. Menurut mereka, Anneth dan Deven harus lebih sering bersama agar lekas berbaikan. Ya, Joa telah menceritakan secara detail mengenai Anneth dan Deven yang memperlakukan satu sama lain dengan istimewa selama syuting dan liburan di Lombok.
"Buruan sana!" Gogo mendorong Deven agar pergi dari kursinya.
"Tega lo, Go."
"Daripada dimarahin guru gara-gara duduk bertiga."
Akhirnya Deven melangkah mendekati meja Anneth. Gadis itu tampak menelungkupkan kepala di atas meja sementara ranselnya berada di kursi Nashwa.
"Neth," panggil Deven ragu-ragu.
Kendati begitu, Anneth tetap mengangkat kepalanya dan menatap Deven dengan mata sembabnya.
"Uwa mau duduk sama Ucha katanya."
Anneth menghela napas kemudian menyingkirkan ranselnya dari kursi Nashwa. Deven masih mencerna maksud dari gerakan Anneth. Apakah artinya Anneth memperbolehkan Deven duduk di sebelahnya?
Karena Deven masih bergeming dalam posisi berdiri, Anneth sedikit mendorong kursi kosong itu mendekati Deven, "duduk!"
Deven mengangguk. Ia duduk setelah menyimpan ranselnya di kolong meja. Untungnya bel masuk cepat berdering sehingga mereka punya alasan untuk tetap tenggelam dalam diam.
Sepanjang pelajaran berlangsung, Deven merasa tak tenang karena Anneth terus memegang perutnya sambil sesekali memejamkan mata. Deven ingin bertanya, namun ia tak tahu bagaimana memulainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fiksi Penggemar"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...