Part 38
.
.
.
Let You Drift AwayPlaying now ^Surrender - Natalie Taylor^
"Udah beres semua, Neth?"
"Udah, Mi."
Setelah jawaban singkat yang diberikan putri sulungnya, mami Anneth menutup kembali pintu kamar gadis 17 tahun itu.
Anneth tengah duduk di kasurnya yang tak lagi bercover. Gadis itu memandang setiap sudut kamar yang lengang karena sebagian barang telah masuk ke koper. Jajaran koper besar kian mengoyak perasaannya.
Anneth beranjak menuju jendela balkon, membuka sedikit tirainya, lalu memandang kamar seberang yang tampak kosong. Entah pemandangan apa yang akan Anneth lihat pertama kali dari kamar barunya nanti, yang jelas bukan Deven dengan celana boxer dan samsak hitamnya.
"Nggak usah lihatin ke sana. Orangnya di sini," sebuah suara membuyarkan lamunan Anneth.
Deven telah berdiri di belakangnya dengan penampilan rapi yang sialnya terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dari hari biasa. Anneth terkekeh hambar.
"Mau kemana kamu?"
"Nganterin pacar ke bandara," cengir Deven sebelum duduk di tepi ranjang Anneth.
Gadis itu ikut mendekat dan duduk di kursi belajar sehingga posisi mereka berhadapan.
"Udah siap?" Deven bertanya.
Anneth menggeleng, "Kalau ditanya udah siap atau belum, pasti aku nggak akan pernah siap, Dev. Ck, kamu ikut aja deh."
Deven tersenyum geli, "Oh, jadi nggak siap jauh dari aku nih?"
"Nggak, nggak ada. Jangan berspekulasi dulu, ya! Kalau kamu ikut, aku jadi ada yang bawa-bawain koper."
Deven mengacak rambut Anneth gemas.
"Aku juga sebenarnya nggak pernah siap jauh dari kamu, Ann. Awalnya emang berat, tapi percaya deh, lama-kelamaan akan terbiasa. Apalagi kalau udah ketemu bule California."
Gegara guyonan Deven yang kelewat nyeleneh, laki-laki itu tak bisa lolos dari cubitan Anneth.
"Jangan ngawur, heh! Terus kamu mau cari cewek-cewek bening Jakarta, gitu?"
"Maybe. Selama ini aku belum sempet tengok kanan-kiri karena keburu sama kamu."
"Deven!" sentak Anneth yang membuat Deven terpingkal-pingkal. Semakin Anneth marah, semakin gencar Deven menggodanya.
"Udah ah, yuk berangkat! Kak Amel mau nganterin katanya."
Kalimat Deven kembali memperburuk suasana hati Anneth. Baru saja ia lupa bahwa dirinya akan meninggalkan tempat ini, sekarang sudah diingatkan lagi. Jam telah menunjukkan pukul dua siang. Anneth memang harus segera berangkat
Ada dua mobil yang beriringan menuju bandara. Mobil pertama berisi mami Anneth, suami, dan putra bungsunya, Alvaro. Kemudian mobil kedua adalah mobil Amel yang berisi Anneth, Deven, dan juga Joa.
"De javu, ya?" ujar Kak Amel.
Anneth dan Joa di jog belakang lantas terkenang masa di mana Kak Amel dan Deven mengantar mereka ke bandara sewaktu liburan di Lombok.
"Masih nggak nyangka kalau Anneth mau pergi," lanjutnya.
"Iya, kan? Capek-capek kususul sampai Jakarta, eh, dianya malah ke LA. Nanti kalau kususul ke LA dianya pergi lagi, fiks, dia nggak berperasaan."
"Hah? Kamu mau ke LA, Dev? Serius?" Mata Anneth berbinar.
"Nggak. Permisalan doang, sih," jawab Deven dengan santainya, padahal yang di belakang sudah misuh-misuh tak jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fiksi Penggemar"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...