Part 34

459 65 30
                                    

Part 34
.
.
.
Jump High

Now playing ^This is Me - Keala Settle^

Keputusan yang Samquine ambil di hari itu telah membawa pengaruh besar bagi hidup mereka. Kini, Sam dan Joa hanya sepasang kekasih yang menjalin hubungan diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua. Ikatan pertunangan mereka berakhir tepat di hari peluncuran single perdana Anneth yang berjudul The Greatest Magic.

Berkat seorang selebriti yang membagikan single Anneth di sosial media, lagu berlirik romantis itu telah dilihat hampir seratus juta kali dalam kurun waktu empat bulan saja. Nama Anneth Delliecia benar-benar meroket. Tak hanya sekali atau dua kali ia tampil di acara-acara besar. Bahkan, dirinya telah dinobatkan sebagai pendatang baru paling diincar versi Majalah Souly.

Deven kian sering berangkat dan pulang sekolah sendirian karena Anneth yang sering kali pula meminta dispensasi demi pekerjaannya. Arpegio dengan senang hati memberi keringanan, dengan catatan Anneth tetap bisa mengejar ketertinggalan.

Banyak yang berubah dalam waktu enam bulan. Mami Anneth sempat tak percaya jika putri semata wayangnya benar-benar bisa sukses tanpa bantuannya. Anneth telah membuktikan bahwa ia bisa berhasil dengan caranya sendiri.

Samquine Records, rumah produksi 'kemarin sore' itu juga mulai menerima beberapa penghargaan. PH yang hanya dipimpin oleh dua remaja SMA nyatanya berhasil melahirkan artis baru berikut lagu yang sukses mendongkrak top chart musik nasional.

"Ciaahh, si jomblo datang," olok Gogo yang segera merangkul mesra pacarnya begitu Deven datang seorang diri.

"Mentang-mentang udah ada cewek," Deven menekuk wajah sebelum duduk dan mencomot kentang dari piring Charisa.

"Ke mana lagi, Ven?" tanya Charisa yang secara tersirat menanyakan keberadaan Anneth.

"Ngisi festival di Unpad," jawab Deven.

"Wuih, panitianya mas-mas mahasiswa, dong. Nggak cemburu, Ven?"

Deven mengedikkan bahu. Dibilang iya, tapi ia harus profesional. Dibilang tidak berarti ia berbohong. Pekerjaan Anneth yang mengharuskannya bertemu banyak cowok acap membuat Deven ketar-ketir.

"Kita udah kelas 12 nih, kalau Anneth masih sesibuk sekarang, apa dia bisa ngikutin ketinggalan materi?" Friden mengalihkan pembicaraan yang topiknya tidak jauh-jauh dari Anneth.

Deven mendesah kasar, "Gue udah sempet ngomongin ini sama Anneth. Katanya habis SMA dia mau gap year dulu."

Charisa melotot mendengar perkataan Deven. Seorang Anneth yang tak pernah keluar dari tiga besar rangking kelas akan gap year? Benar-benar sulit dipercaya.

"Sebenernya gue agak kecewa.
Tapi balik lagi, jalan hidup Anneth cuma dia sendiri yang berhak menentukan."

Aza mengangguk setelah sempat bertubrukan mata dengan Deven. Gadis itu buru-buru memalingkan wajah, takut perasaan yang dulu kembali lagi. Sudah menjadi rahasia umum jika Aza pernah naksir dengan Deven sebelum akhirnya luluh oleh perhatian Gogo.

"Bener kata Deven. Buat orang-orang kayak gue dan Anneth, karir yang meroket nggak akan bisa ditukar dengan apapun."

"Lo sendiri Ven, gimana kelas 12 ini? Masih disuruh ikut olimpiade lagi? Secara gitu, semester lalu lo menang," kali ini Gogo yang bertanya.

"Masih. Semester ini masih ikut."

Di tengah perbincangan mengenai pendidikan dan karir, mereka dibuat hening dengan kedatangan seorang gadis berpenampilan necis.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang