Part 36

457 72 37
                                    

Part 36
.
.
.
Deep Talk

Now playing ^Jangan Rubah Takdirku - Andmesh Kamaleng^

Nasi telah menjadi bubur. Deven tak mungkin menarik atau mengubah keputusannya seenak jidat. Ia adalah seorang laki-laki yang kelak keputusannya sangat diperhitungkan ketika sudah berkeluarga.

Laki-laki itu mengacak poninya sebelum menjatuhkan badan ke kasur. Segarnya air shower tak mampu menghilangkan rasa kantuk. Setelah sarapan, berolahraga, dan mandi, Deven memutuskan untuk kembali tidur.

Dilihatnya jam pemberian Anneth di atas nakas. Sudah pukul sebelas siang. Tak ada menghabiskan waktu bersama Anneth seperti yang gadis itu janjikan. Barangkali Anneth baru selesai menandatangani kontrak dan entah sedang pergi kemana. Deven tak peduli. Ia hanya ingin tidur. Biarpun sebentar, tidur adalah cara paling ampuh untuk melupakan kenyataan bahwa sebentar lagi ia tak akan melihat Anneth meski berulang kali membuka tirai balkon.

"Devennn!!!"

"Ck!"

Baru saja hendak terlelap, panggilan nyaring Kak Amel membuat telinganya pengang. Deven meraih bantal dan menutup wajahnya. Tak lama kemudian, pintu terbuka dari luar dan masuklah Kak Amel dengan piyamanya sambil berkacak pinggang.

"Ini anak, kok malah tidur lagi?" omel Kak Amel sembari menari guling Deven, "di luar ada Anneth, tuh. Katanya kalian udah janjian mau nonton bareng."

"Suruh pulang aja, Kak. Aku mau tidur," timpal Deven.

"Beneran? Padahal empat hari ke depan dia mau ke Manado, lhoh. Nggak akan kangen?"

Deven kembali berdecak, "Masih aja?"

Kak Amel mengedikkan bahu sebelum melenggang pergi untuk menemui Anneth dan mengatakan jika Deven tak mau diganggu.

"Oh gitu ya Kak. Ya udah deh, Anneth pulang aja. Ini Anneth beli banyak camilan. Buat Kak Amel sama Deven."

"Ann," suara bariton Deven membuat Anneth mengurungkan langkahnya.

"Hei, Dev."

"Katanya mau tidur?" sindir Kak Amel.

"Apaan, sih? Udah sana, Kakak balik aja ke kamar!"

"Yeee ngusir. Ya udah, kalian nonton di kamar aja. Sofa masih berantakan sama bendelan makalahku. Tapi inget, jangan ditutup pintunya! Awas aja!" Kak Amel mengultimatum Deven yang mulai cengar-cengir mencurigakan.

"Iya-iyaa, kalau perlu aku sama Anneth nonton di balkon biar mami Anneth juga lihat dari apart seberang."

"Nah sip."

"Yok ke kamar!" ajak Deven.

Ucapan Deven sedikit membuat Anneth merinding. Kendati begitu, Anneth tetap mengekor Deven yang meskia hanya memakai kaos rumahan tetap terlihat tampan. Seperti yang Deven katakan, ia mengajak Anneth menuju balkon. Setelah gadis itu duduk tenang di sana, Deven kembali masuk untuk mengambil laptop.

"Mau nonton apa?" tawar Deven sembari membuka laptopnya.

"La La Land," jawab Anneth cepat.

"Lagi?"

Pertanyaan Deven dibalas anggukan antusias oleh Anneth. Ini akan jadi ketiga kalinya mereka menonton film dengan genre musical romance itu.

"Suka banget nonton ini."

"Aku suka interaksi Mia sama Sebastian. Aku juga jadi inget kamu tiap kali lihat Sebastian main piano. Kamu udah lama nggak main, Dev."

"Mau lihat aku main lagi?"

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang