MELLIFLUOUS [End]

Part 2

Part 2
.
.
.
Online Talk

Now playing ^Weak - Larissa Lambert (SWV Cover)^

Anneth baru kembali ke kamar setelah memakan potongan pizza terakhir yang dikirim oleh pacarnya. Hari ini semuanya berjalan dengan baik. Tak ada sesuatu yang penting untuk dituangkan ke dalam jurnal. Hanya saja, Anneth merasa sedikit melow. Kenapa dan untuk apa, ia tak tahu. Tiba-tiba dirinya ingin membaca quotes galau dan memutar lagu-lagu serupa.

"Kakak, jangan lupa pintu balkonnya ditutup. Dingin."

Suara mamanya terdengar dari luar kamar. Bukan beranjak untuk menutup pintu balkon, Anneth justru keluar untuk menjemput angin malam yang katanya dingin itu.

Tinggal di apartemen lantai empat yang dekat dengan pantai, angin di sana memang tak bisa dikatakan lembut dan berperasaan. Helaian rambut Anneth yang tak ikut terikat langsung memburai karena terhempas angin. Suasana malam ini benar-benar mendukung Anneth untuk bermelankolis. Tidak semua kamar di apartemen ini memiliki balkon seperti kamar Anneth. Ia merasa beruntung karena pekerjaan orang tuanya membuat mereka bisa membeli sesuatu yang lebih baik dari orang lain. Anneth selalu mensyukurinya.

Cukup lama memutar lagu slow, Anneth terkejut ketika earphone tanpa kabelnya berhenti memperdengarkan lagu. Tidak ada lagi lagu Ada Cinta milik Acha dan Irwansyah. Yang terdengar justru dering karena masuknya panggilan video.

"Hei Jo!" sapa Anneth pada gadis di seberang.

"Hari ini Netha & Nathan diunggah. Lo udah nonton?"

Anneth menggeleng, "belum."

"Ini kenapa artisnya belum nonton coba? Banyak yang suka tau. Baru dua jam diunggah, tapi yang nonton udah lima ribu lebih."

"Gara-gara subscriber kalian banyak kali."

"No, you are wrong. Subscriber gue justru nambah setelah Netha & Nathan diunggah. Pokoknya lo harus nonton."

"Iya deh, nanti."

Dirasa angin semakin mengganas dan tubuhnya semakin menggigil, Anneth memutuskan masuk kembali ke kamar. Anneth menutup pintu balkon yang terbuat dari kaca tebal tanpa menutup tirainya sehingga deretan kamar tanpa penghuni di seberang dapat terlihat  jelas.

"Lo kenapa, Neth? Kayak badmood gitu. Berantem sama cowok lo?"

"Nggak. Dia baru aja beliin gue pizza malah," ujar Anneth yang diakhiri senyuman bangga.

"Dianter sendiri?"

"Enggak, hehe."

"Yaelah, gue kirain. Lagian gue bodoh banget tanya begitu."

Hening.

Pembicaraan mengenai pacar Anneth berakhir dan Joa kembali menemukan wajah murung Anneth di layar ponselnya. Gadis itu tengah membersihkan wajah dengan micelar water di depan cermin, namun tatapannya seolah tidak pada cermin. Tidak juga pada Joa.

"Kenapa, Neth? Cerita sama gue."

Lagi-lagi Anneth menggeleng. Bagaimana bisa bercerita jika ia sendiri tak tahu alasan dirinya merasa murung seharian, bahkan dari berhari-hari yang lalu.