Part 32
.
.
.
Last NightNow playing ^Mine - Petra Sihombing & Ben Sihombing^
Malam adalah waktu untuk bersenang-bersenang bagi para pendaki yang berkemah. Setelah kenyang menyantap mie instan, sepuluh muda-mudi asal Jakarta itu lantas duduk melingkar di depan tenda, mengelilingi beberapa lilin elektrik yang sengaja dinyalakan sebagai pengganti api unggun.
Kak James dengan ukulelenya siap untuk menerima request dari adik-adik bersuara merdu itu.
"Yok, lagu apa yang mau dikentrungin?"
"Pernah Muda, Kak," pinta Joa.
"Oke siap."
Tak terasa satu jam lebih mereka habiskan dengan bernyanyi. Suasana yang menyenangkan membuat waktu seolah berjalan dua kali lebih cepat.
Dari sekian banyak pasangan di kelompok itu, hanya Anneth dan Deven yang duduk berjauhan. Kendati begitu, keduanya tetap menikmati momen-momen saling tatap dan tersenyum diam-diam.
"Gue boleh nyanyiin satu lagu buat Joa nggak?" Sam meminta izin sebelum mengambil gitar kecil yang memang sengaja ia bawa dari Jakarta.
"Boleh, dong," Kak James mempersilakan.
Sam berdehem pelan dan mulai memetik gitarnya. Berhubung lagu berjudul Seperti Kisah itu memang khusus dinyanyikan untuk Joa, pandangan Sam juga hanya terpaku pada Joa.
Seperti kisah yang pernah ada
Kaulah bidadari hati
Kita bersama
Buat cerita
Cinta antara kitaKu pernah terluka
Kadang tak berdaya
Kau selalu ada, buatku tertawa
Dan lupakan laraTak tau bagaimana aku tanpa dirimu
Tak pernah terbayangkan
Sepi merinduKumohon padamu tetaplah kau di sampingku
Hilangkan ragu
Semua yang kan mengganggu
Kucinta padamu
KasihkuSam segera menerima applaus dari teman-temannya setelah sukses bernyanyi dengan pembawaan yang lembut. Joa pun tak henti tersenyum. Sam selalu sama dengan bocah 13 tahun yang menyatakan cintanya di lapangan SMP empat tahun silam.
"Udah ah, tenggorokanku serak nyanyi mulu," keluh Nashwa.
"Gimana kalau kita main aja?" usul Charisa yang langsung disambut dengan anggukan-anggukan setuju.
"Main apa?" Anneth bertanya.
"ToD dong, game legend."
"Oke."
Kak James masuk ke tenda dan keluar lagi dengan membawa sebuah botol.
"Berhubung aku yang paling tuwir di sini, aku nggak ikutan, ya? Aku jadi tukang muterin botol aja," tawar Kak James yang langsung mengambil tempat di tengah lingkaran.
"Oke, siap semua?"
Ada yang menanggapi pertanyaan Kak James dengan kata 'siap', namun ada juga yang hanya mengangguk lantaran deg-degan.
"Kita puter, guys!"
Botol yang semula berputar cepat kini mulai melambat. Semakin pelan dan akhirnya berhenti ketika mulutnya mengarah pada Deven.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fanfiction"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...