Part 28

491 81 14
                                    

Part 28
.
.
.
Misunderstanding

Now playing ^What Do You Mean - Justin Bieber^

Hari telah menjelang siang tatkala sepuluh orang itu memulai pendakian mereka. Berbekal tujuan baik, mereka berangkat dari basecamp menuju pos pertama. Sebelum itu, Kak James membagi rombongan menjadi dua tim.

"Posisi depan, aku, Gogo, Fatih, Ucha, Uwa. Posisi belakang, Deven, Sam, Friden, Anneth, sama Joa," ujar Kak James beberapa waktu yang lalu, namun tim yang ia bentuk tak berjalan semestinya karena Anneth yang meminta bertukar tempat.

"Aku mau di depan sama Kak James," putus Anneth dengan disertai embel-embel merajuk sehingga mau tak mau Kak James menukarnya dengan Charisa.

Jadilah Charisa berada di tim dua bersama Deven. Kak James tidak memiliki maksud tertentu dengan membagi rombongan menjadi dua kelompok. Ia hanya ingin masing-masing tim bertanggung jawab terhadap anggota timnya. Dalam arti lain, mereka harus saling melindungi dan saling menjaga. Semakin sedikit yang harus diawasi, maka akan semakin fokus pula.

Deven kecewa karena sampai sekarang Anneth masih belum berbicara dengannya. Ia tak menyangka, karena cemburu Anneth sampai meminta bertukar tempat. Akan tetapi Deven tak berani menahan gadis itu. Ia takut Anneth akan semakin marah.

Jalanan menuju pos pertama masih cukup mudah dan landai. Gogo di tim satu dan Friden di tim dua tak henti mengeluarkan candaan-candaan yang membuat teman-teman mereka terkikik geli. Diam-diam Deven tetap mengawasi Anneth dari kejauhan. Gadis itu tak henti tertawa. Deven senang, setidaknya Anneth menikmati perjalanannya.

Dua puluh menit kemudian mereka tiba di pos pertama. Setelah beristirahat ala kadarnya, rombongan melanjutkan perjalanan ke pos dua. Dari titik itu jalan yang mereka lewati mulai menanjak dan semakin terjal.

"Bro, gimana di sana? Aman?" teriak Kak James pada Deven yang didapuk menjadi tetua di tim dua.

Deven mengacungkan jempol tanda sejauh ini perjalanan masih lancar. Samquine masih asik memotret meski keberadaan Friden acap kali membuat objek yang mereka tangkap menjadi blur. Charisa yang berjalan di depan Deven juga seringkali terkikik geli karena lelucon Friden. Sepertinya memang hanya Deven yang tak terlalu bersemangat di sana.

"Bentar guys," ujar Charisa yang berhenti mendadak. Gadis berkupluk hitam itu menurunkan carrier dari punggungnya dan melakukan peregangan kecil, "istirahat bentar boleh nggak?"

Deven mengangguk kemudian memanggil Kak James di depan agar menunggu. Sesudah itu tim satu juga berhenti untuk menunggu tim dua.

"Mau gue bawain carriernya, Cha?" tawar Deven.

Charisa nyaris mengangguk seandainya Joa tidak mendekat dan meminta Deven mundur.

"Kayaknya bawaan lo udah terlalu banyak, Dev. Lo udah bawa tenda juga, kan?" ujar Joa sambil memainkan matanya pada Sam agar laki-laki itu membantu.

"Hooh, Cha. Gimana kalau Iden aja yang bawain? Iiden kan kuat. Iya nggak, Den?" pancing Sam seraya menyenggol langan Friden.

"Lhah, kok gue? Kan yang nawarin si Depen," timpal Friden jual mahal. Padahal demi apapun ia tak rela kalau Charisa harus kembali menerima bantuan dari cowok lain.

"Udah lah, gue bawa sendiri aja," kesal Charisa yang diam-diam ingin Friden membantunya, tapi respon laki-laki itu justru tak mengenakkan sama sekali.

"Iya deh iya, sini gue bawain," Friden menyerah. Ia tak tega melihat wajah Charisa yang mulai memerah karena kelelahan.

"Bentar aja ya," sungut Friden sembari mengambil alih carrier Charisa yang sebenarnya tak terlalu berat, apalagi untuk ukuran cowok. Charisa mati-matian menahan senyum. Baginya Friden yang tengah membawa dua carrier sekaligus terlihat sangat manly.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang