Part 48
.
.
.
BetrayalMelihat Deven tertidur dengan nafas yang teratur, rasanya seperti terlepas dari belenggu. Tak ada lagi selang oksigen atau elektrokardiogram yang terhubung dengan tubuh laki-laki itu. Joa akui, temannya yang satu ini benar-benar keren. Kecelakaan maupun sakit, semuanya dikalahkan.
"Lhoh Jo, belum pulang?"
Amel yang baru keluar dari kamar mandi lengkap dengan handuk di bahunya terkejut mengetahui Joa belum juga pulang. Dari semalam gadis itu sama sekali tidak tidur. Mata sayup dan lingkar hitam di sekitarnya tak bisa menyembunyikan betapa lelahnya Joa, namun ia masih ingin di sini. Memastikan sekali lagi bahwa temannya masih ada di dunia.
"Sebentar lagi, Kak. Siapa tau setelah ini Deven sadar?"
Amel terkekeh lalu mengacak rambut Joa seperti yang biasa ia lakukan pada Deven. "Makasih, cantik. Kalau nggak ada kamu, aku nggak tau sekarang Deven udah di mana."
"Nggak, Kak. Aku yakin ada atau nggak ada aku, Deven pasti selamat. Deven kan kuat," ungkap Joa sembari menggenggam erat tangan Amel.
Amel mengangguk lalu balas menggenggam tangan Joa. Selama ini ia menghadapi segalanya sendiri. Ia menyelesaikan permasalahannya dengan Deven sendirian. Namun kini, keberadaan Joa sedikit menenangkannya. Setidaknya Amel tahu jika adiknya punya sahabat sebaik Joa.
"Ehem."
Mendengar deheman singkat dari arah ranjang, kedua gadis itu kompak menoleh.
"Deven?"
"Akhirnya lo sadar," lanjut Joa, sementara Amel masih tersenyum haru.
"Udah sadar dari tadi kali," timpal Deven dengan kekehan yang masih terdengar lemah.
"Sejak kapan?" kali ini Amel yang menyahut.
"Sejak ada yang bilang Deven kan kuat," jawab Deven sembari menirukan suara dan gaya bicara Joa.
Joa berdesis, tak lupa dengan toyoran kecil pada lengan laki-laki itu. Membuat Deven tertawa renyah meski harus berakhir dengan terbatuk-batuk.
"Aku keluar bentar, ya? Lapor kalau Deven udah bangun," pamit Amel yang dijawab dengan anggukan oleh Joa.
Sepeninggal Amel, suasana kembali hening. Joa masih menatap tak percaya ke arah Deven yang semalam sukses membuat dunia seakan tengah dipause. Siapa yang tak terkejut mengetahui Deven yang songong itu membiarkan jantungnya berhenti berdenyut?
Sedangkan Deven, ia sibuk memandang Joa sambil menaik-turunkan alisnya.
"Gitu banget lihat gue?"
"Lo beneran Deven, kan?"
"Kenapa? Lo pikir badan gue diambil alih sama roh lain?"
"Nggak gitu. Seneng aja akhirnya bisa ngobrol lagi sama lo. Gue kira tadi malem jadi yang terkahir."
Deven tersenyum getir sebelum kembali bicara. "Gue pikir juga gitu."
"Dev?"
"Hm?"
"Gue–"
Hening.
"Gue apa?"
"Boleh peluk lo?"
Lagi-lagi Deven terkekeh. Pacar Sam itu benar-benar ahli soal membuatnya menggelengkan kepala dan tertawa kecil. Kendati begitu, tak pelak Deven mengangguk juga. Membiarkan Joa menghambur ke pelukannya barang sejenak.
![](https://img.wattpad.com/cover/256014935-288-k282983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fanfiction"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...