Part 43
.
.
.
I SurrenderNow playing ^Sampai Nanti - Luthfi Aulia cover^
"Aku kecewa, Ann."
"Dev, nggak gitu. Shane cuma sahabatku dan kamu tau itu," Anneth berusaha memberi pengertian pelan-pelan.
Deven tersenyum sinis, "Kamu anggap dia sahabat, tapi siapa yang tau perasaan orang? Aku cowok dan aku tau gelagat si Shane-Shane itu. Dia suka sama kamu, Ann."
Anneth menyentuh lengan Deven, memohon agar Deven tidak terus-terusan salah paham, "Nggak, Dev. Shane juga udah punya pacar. Percaya sama aku, please."
Deven hanya mengatupkan bibirnya untuk beberapa lama.
"Jauhi dia," pinta Deven dengan suara yang begitu pelan, seakan ia telah habis kesabaran. Setelah ini, jika memang Anneth tak ingin menjauhi Shane, maka Deven angkat tangan.
"Nggak bisa, Dev. Aku cuma punya Shane di sini. Shane yang selalu ada di masa-masa sulitku. Aku nggak punya temen lain. Apalagi kamu jauh, Joa juga jauh. Aku nggak bisa setiap saat cerita sama kalian."
Deven menaikkan sebelah alisnya dan melepas tangan Anneth dari lengannya.
"Kamu lagi bandingin aku sama dia?"
Oke, sepertinya Anneth salah bicara. Rasa senangnya cepat berganti menjadi kesedihan karena Deven tak mempercayainya dan berusaha mengerti.
"Dev, kamu berubah. Mana Deven yang selalu bersikap dewasa?" Anneth menggeleng kecewa. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Kamu yang berubah, Ann. Kamu yang nggak bisa jaga komitmen."
Di sisi lain, Deven benar-benar berharap Anneth sadar jika sikapnya yang seperti ini lantaran ia cemburu. Ia ingin Anneth menjauhi Shane. Apakah itu sulit?
"Kamu sendiri yang janji bakal ceritain semuanya ke aku. Kita bakal tetep jaga komunikasi. Tapi apa? Konser kamu pun, aku justru tau dari mami."
Percuma Anneth menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Deven hanya menuntut jawaban yang ia inginkan.
"Kamu bener-bener berubah, Dev."
"Kamu yang berubah, Ann," biarpun Deven berkata dengan teramat pelan, namun setiap katanya mengandung penekanan.
"Anneth," panggil Leo.
Manajer muda itu tersenyum singkat pada Deven sebelum mengamit lengan Anneth dan mengajaknya pergi.
"Kamu dicari big boss."
Anneth mengangguk. Big boss adalah sebutan untuk executive produser dari Gargia. Orang sesibuk itu rela meluangkan waktu untuk memberi ucapan selamat secara langsung pada Anneth, oleh karenanya Anneth tak bisa mangkir dari panggilan. Ia harus menemui bosnya.
"Aku pergi dulu. Kita lanjut nanti," ucap Anneth secara sepihak sebelum pergi meninggalkan Deven tanpa memberi kesempatan pada laki-laki itu untuk bicara.
Deven menatap miris buket bunga yang ia bawa. Bahkan Anneth tak bertanya di mana ia menginap. Deven juga belum tahu 'nanti' yang dimaksud Anneth itu kapan tepatnya.
🎧🎧
Percaya atau tidak, Deven baru bertemu lagi dengan Anneth dua hari setelah pertemuan mereka yang pertama. Gadis itu terlalu sibuk. Bahkan untuk makan semeja dengan kekasihnya yang jauh-jauh datang dari Indonesia tak pernah bisa.
Deven melebarkan pintu kamarnya dan mempersilakan Anneth masuk. Tidak seperti di rumah Shane, Anneth benar-benar merasa canggung di kamar hotel Deven. Ia hanya berdiri sampai pemilik kamar mempersilakannya duduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/256014935-288-k282983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fanfiction"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...