Part 11

706 93 44
                                    

Part 11
.
.
.
Sweet Things on Sweet Birthday

Now playing - ^Best Part - Daniel Caesar ft. H.E.R.^


Hari ini Deven genap berusia 17 tahun. Kak Amel mengatakan jika seharusnya hari ini menjadi hari paling manis untuk mengawali satu tahun manis yang akan Deven lalui. Namun Deven tak pernah menemukan di mana letak manis itu meski sudah berulang kali merunutnya. Hari ini berjalan seperti biasa. Sama sekali tak ada yang istimewa.

Biarpun ponsel Deven begitu berisik sejak tengah malam tadi, laki-laki penggemar berat tokoh Spiderman itu tak seantusias tahun-tahun sebelumnya ketika berulang tahun. Ia kesal pada Anneth yang memutuskan bertunangan di hari yang sama dengan hari ulang tahunnya. Itu artinya seumur hidup Deven harus merayakan ulang tahun sekaligus mengenang hari patah hati pertamanya.

Setelah mendapat kejutan kecil dari Kak Amel dan melakukan panggilan video dengan keluarga di Lombok, paginya Deven sibuk mengurus pembuatan KTP dan surat izin mengemudi. Ia baru kembali ke apartemen sekitar jam satu siang. Tanpa melepas sepatu dan jaketnya, Deven merebahkan diri di sofa dengan posisi telungkup.

Ia akan membalas satu-persatu pesan dari teman dan keluarga yang memberikannya ucapan selamat. Teman-teman barunya seperti Friden, dan Gogo juga memberikan ucapan walau hanya melalui chat karena terhalang hari libur.

"Dek, ada temenmu dateng!" teriak Kak Amel yang datang dengan diikuti Sam di belakangnya.

"Woi, jadi ulang tahun hari ini?"

Sam menyingkirkan kaki Deven dari sofa agar bisa duduk di sana. Mau tak mau Deven jadi ikut duduk. Suara televisi menyergap hening di antara keduanya alih-alih Sam dan Deven mengobrol untuk memecah keheningan itu. Bukannya Sam tidak mau, hanya saja Deven sedang terlihat buruk. Rambutnya berantakan dan urat-urat wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun layaknya seorang manusia yang berbahagia karena berulang tahun.

"Berhubung udah legal, lo udah boleh bawa mobil sendiri, kan?"

"Hem," Deven hanya menimpali Sam dengan deheman.

"Rayain yok!" Sam menepuk bahu Deven agar kawannya lebih bersemangat.

Deven mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuka folder game.

"Mau mabar apa?"

"Kok malah mabar?"

"Katanya mau rayain ultah gue? Ya ayok, mabar."

Sam menggeleng tak percaya. Deven benar-benar seperti kehilangan gairah untuk hidup. Ulang tahun macam apa yang dirayakan dengan bermain game?

"Apartemen lo tinggi nih?" tanya Sam sambil memandang keluar jendela. Deven mengangguk.

"Gue jadi was-was kalau lo tiba-tiba loncat ntar malem."

Deven tak menyahut. Ia hanya menggeser-geser layar ponselnya tanpa tujuan.

"Ayolah bro, cewek masih banyak. Banyak juga yang lebih cantik dari Anneth. Gue kenalin deh. Mau siapa? Aza, Jane, atau Maisha? Cewek-cewek famous Arpegio tuh."

Lagi-lagi Deven mengangguk, "Kenalin ke gue tiga ratus tahun dari sekarang. Gue perlu tiga ratus tahun buat lupa sama Anneth."

"Buset, bucin amat lo!" Sam menggeleng tak percaya, "padahal naksirnya cuma perlu tiga hari."

"Tiga detik," interupsi Deven.

"Berarti waktu itu lo bohong dong. Katanya nggak naksir sama Anneth? Wah, parah sih."

Sam terkekeh. Ia tak menyangka Deven seputus asa itu mendengar Anneth akan bertunangan. Oke, Sam paham. Mungkin ini pengalaman pertama bagi Deven. Kendati punya banyak fans perempuan, Anneth adalah sebenar-benarnya cinta pertama seorang Deven Christiandi. Mungkin. Itu hanya dugaan. Sam juga belum memastikan apakah Deven memang menyukai Anneth atau sebatas mengaguminya.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang