End

895 78 14
                                    

Kabar pertunangan Anneth telah sampai di telinga Deven lebih dari seminggu yang lalu. Selama itu pula Deven bersembunyi dari kenyataan bahwa mungkin dirinya akan kembali mengalami patah hati seperti dulu. Masih ingat ketika teman-temannya mengatakan jika Anneth akan bertunangan di hari ulang tahun Deven? Jika saat itu hanya prank, maka yang terjadi kali ini bukan bercandaan belaka. Anneth benar-benar akan bertunangan.

Anneth dan Shane seharusnya sudah saling bertukar cincin saat ini, tapi Deven justru berada di balkon rumahnya. Mahasiswa kedokteran itu memutuskan pulang ke Lombok untuk menenangkan diri.

Jika dipikir-pikir lagi, Tuhan seakan mengatur jalan yang rumit bagi Anneth dan Deven. Ketika Anneth pulang demi Deven, laki-laki itu justru melarikan diri.

Lalu bagaimana dengan Joa? Sejak tiga menit lalu, gadis itu tak berhenti menghubungi Deven. Segigih apapun Deven berusaha abai, Joa tak kalah gigih untuk terus menelepon.

"Hallo, Jo?"

Setelah sekian lama, akhirnya Deven sepakat dengan hatinya untuk mengangkat telepon dari Joa. Setidaknya untuk yang satu ini ia harus bertanggung jawab. Deven telah membuat teman perempuannya terbawa perasaan. Terlebih, waktu itu Joa masih berstatus kekasih dari sahabatnya, Sam.

Ya, pada akhirnya Joa memang mengakui bahwa ia telah menyukai Deven sebelum memutuskan berpisah dengan Sam. Pengakuan itu tentu membuat Deven terkejut. Namun kembali lagi, tak ada yang bisa menyalahkan rasa suka, sayang, bahkan cinta sekalipun. Joa berhak, Joa berhak menyukainya. Tidak ada yang salah.

"Deven... Kenapa lo nggak angkat-angkat telepon gue, sih?"

Oke, semoga Joa tak terburu-buru meminta pertanggungjawaban atas perasaannya sebab Deven sama sekali belum siap.

"Maaf Jo, gue–"

"Balik ke Jakarta sekarang!"

"Hah?"

"Halik buruan!"

"Kenapa, Jo?"

"Temen kita sinting Dep, ya kali dia sabotase engagement Anneth," teriak suara lain yang dapat Deven pastikan milik Charisa.

"Kalian juga woy, bukan cuma gue," serobot Joa tak terima.

Sementara itu, Deven hanya terdiam. Ia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Joa yang sedang bersama Charisa. Sabotase? Sabotase apa?

"Deven Christiandi, dengerin gue baik-baik! Balik ke Jakarta sekarang, usahakan sampai di sini sebelum besok pagi, dan gue jamin lo nggak akan menyesali apapun seumur hidup," terdapat jeda ketika Joa mencoba menarik napasnya dalam-dalam, "Anneth akan jadi milik lo. Percaya sama gue."

Di balik kalimat itu, Deven tahu ada hati yang mati-matian dikuatkan. Dan di sini, ada perasaan yang berhasil dibuat percaya. Joa memang gadis luar biasa. Gadis seluar biasa Joa terlalu baik untuk Deven. Sam akan sangat beruntung jika bisa mengambil hati gadis itu kembali.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang