Part 30
.
.
.
There Shouldn't be Any Prestige Between UsNow playing ^Bentuk Cinta - Eclat (Deven Cover)^
Langit mulai menguning ketika kesepuluh remaja itu selesai mendirikan tenda. Anak-anak perempuan mulai menyiapkan makan malam, sementara Deven dan Friden bertugas mengambil air.
Dua laki-laki itu telah menampung dua botol air berukuran besar dan kini tengah bersantai. Tak ingin terburu kembali, mereka memutuskan untuk duduk-duduk di bibir tebing sambil menikmati langit sore.
"Mau?" Deven menawarkan bungkusan kecil berisi permen karet kepada Friden.
Friden menerimanya dan berterima kasih. Sepersekian detik kemudian, keduanya telah asik mengunyah permen sembari memandang gumpalan awan kemerahan di langit Andong. Sebentar lagi senja. Seharusnya Deven dan Friden lekas kembali agar bisa naik ke puncak Alap-Alap bersama yang lain, namun keduanya sama-sama tertahan seolah masih banyak yang harus dikeluh-kesahkan.
"Lo sayang sama Ucha?" Deven melempar pertanyaan yang sukses membuat Friden gelagapan.
"Nggak salah lo tanya ke gue? Harusnya pertanyaan itu buat lo."
Deven terkekeh, "Lo tau jawabannya."
"Lo sayang Ucha?" Friden membelalak, tak memercayai apa yang telah disimpulkan oleh otaknya. Deven sayang Ucha? Beneran?
"Gue kira lo tau, ternyata enggak."
"Maksudnya?"
"Jangan mau kalah dari gue, Den!"
"Yaelah, berasa main teka-teki gue. Langsung ke poinnya bisa nggak?"
"Gue yang nggak ada rasa aja bisa kasih perhatian lebih ke Ucha. Kenapa lo nggak bisa?"
"Nggak ada rasa? Serius?"
"Hm. Seneng kan lo?"
Seharusnya Friden tak terkejut. Justru aneh jika Deven menyimpan rasa untuk Charisa di saat ia telah memiliki Anneth, namun jika mengingat kedekatan Deven dan Charisa, rasanya mustahil kalau mereka murni bersahabat. Toh pernyataan cinta Friden telah ditolak mentah-mentah oleh Charisa. Percuma juga ia memberikan perhatian lebih pada gadis itu.
"Kalau nggak ada rasa, kenapa perhatian lo ke Ucha melebihi yang lain?" timpal Friden posesif.
"Apa boleh buat kalau lo yang katanya sayang justru cuek ke dia?" sindir Deven.
Sorot mata Friden berubah sendu, "Masalahnya gue udah ditolak, Men."
Deven lelah menahan bahak sejak tadi. Friden tak ada bedanya dengan ia ketika diprank jika Anneth akan bertunangan.
"Mau gue kasih tau sesuatu nggak?"
"Apa?"
"Ucha juga suka sama lo."
Deg!
Hening. Sunyi. Senyap. Yang terdengar hanya desau angin di antara reranting pohon dan degup jantung Friden yang berpacu cepat.
"Ngibul kan lo?"
"Terserah mau percaya atau nggak."
Deven mengedikkan bahu dan bersiap untuk bangun dari duduknya.
"Eh bentar," namun Friden melakukan upaya penahanan, "anggap aja gue percaya."
Deven kembali terkekeh, "Oke. Gue anggap lo percaya. Any question?"
![](https://img.wattpad.com/cover/256014935-288-k282983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [End]
Fanfiction"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Deven dan Anneth merasakan keindahan itu bersam...