Part 16

631 86 21
                                    

Part 16
.
.
.
Sometimes I Win Sometimes I Learn

Now playing ^Photograph - Ed Sheeran^

Anneth memutuskan untuk kembali. Tak ada gunanya menunggu Deven yang tengah asik bercanda dengan Charisa. Namun langkah gadis itu terhenti karena seseorang menghadang jalannya.

"Lo siapa?"

Detak jantung Anneth tak bisa dikontrol. Setelah upaya melepas tangannya berhasil, gadis itu mundur beberapa langkah. Ia sudah bersiap untuk teriak seandainya laki-laki di hadapannya mulai berlaku yang tidak-tidak.

"Lo siapa?" ulang Anneth.

Laki-laki dengan kokat di leher itu justru tersenyum melihat Anneth ketakutan, "Gue Billy, panitia pertandingan hari ini. Lo Anneth, kan?"

Anneth mengangguk. Setidaknya wajah ramah Billy mampu mengembalikan detak jantungnya menjadi normal kembali. Dari id card panitia yang dikenakan, Anneth yakin jika Billy bukan salah satu dari pengganggu tadi.

"Gue dapet pesen dari Joa. Katanya kalau ketemu Anneth disuruh ke kafe depan."

Anneth mengangguk dan berterima kasih. Ia memang belum mengecek ponsel lagi setelah pertandingan usai. Ternyata Joa telah mengirim banyak pesan agar Anneth segera menyusul ke kafetaria di seberang SMA Bumantara.

Joa dan Sam telah memesan tempat duduk di sebelah dinding kaca yang langsung menayangkan pemandangan jalanan dan gedung Bumantara.

"Hai Neth," sapa Joa yang langsung menitahkan pada Sam agar menarikkan kursi untuk Anneth.

"Suntuk amat. Deven sama Ucha mana?"

Anneth mengedikkan bahu alih-alih mengatakan jika Deven dan Charisa tengah berduaan.

"Kenapa, sih?"

Anneth menggeleng, "Lagi ada masalah sama Mami."

Ya, Anneth tak sepenuhnya bohong. Hanya saja, suasana hati yang telah buruk itu semakin diperparah oleh Deven. Joa yang peka akan situasi ini lantas meminta Sam untuk meninggalkan mereka berdua. Dan Sam yang memang seorang buciners tak perlu berpikir ulang untuk memenuhi keinginan Joa. Pacar Joa itu meninggalkan kafe untuk membeli snack di minimarket.

"Jo," rengek Anneth kemudian.

"Kenapa, Neth? Sini cerita."

"Gue rasa Deven deket sama Charisa."

Joa melotot. Deven dekat dengan Charisa? Sejak kapan?

"Masa sih? Bukannya lo tau sendiri gimana galaunya Deven pas tahu lo mau tunangan?"

Anneth menggeleng, berusaha menepis dugaan Joa. Ia tak ingin terlalu berharap. Apa yang selama ini Anneth lihat sudah cukup untuk membuktikan jika Deven dan Charisa memang tengah dekat.

"Neth, dari awal gue yakin kalau Deven ada rasa sama lo. Sejauh ini Deven sama Ucha juga nggak menunjukkan sesuatu yang berlebihan. Justru kelihatan banget kalau Deven carenya sama lo. Dan satu lagi, lo lupa ada Iden?"

"Tapi Ucha sama Iden cuma sahabatan, Jo. Nggak menutup kemungkinan kalau mereka akan punya pasangan masing-masing."

"Neth-"

Perkataan Joa terpotong oleh dering dari ponsel Anneth. Layar ponsel Anneth menampilkan profil seorang laki-laki berkaos hitam yang tengah memangku gitar dengan warna senada.

"Nggak diangkat?"

Anneth menggeleng, "Biarin, Jo."

Joa menghela napas panjang. Anneth tetaplah Anneth. Seorang gadis yang suasana hatinya gampang berubah-ubah.

MELLIFLUOUS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang