4

23.9K 3K 317
                                    

Hai! terima kasih sudah mampir, jangan lupa vomment-nya yaaaa!
chapter ini sangat cringe dan bahasanya gak beraturan.
selamat membaca!^^

Jeffrey benar-benar serius dengan ucapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeffrey benar-benar serius dengan ucapannya. Kiya yang sedari minggu lalu terus ditanyai kapan dosen nya akan ke rumah, langsung menyetujui permintaan Jeffrey. Ia melirik sekilas ke kanan, Jeffrey tengah menatap lurus ke depan, menunggu lampu merah di depan sana berubah menjadi hijau.

"Gamisnya hati-hati Kiya, takut keselip ban motor." tegur Jeffrey, Kiya hanya mengangguk. Setelah lampu berubah menjadi hijau, ia langsung melajukan motornya, diikuti oleh Jeffrey di belakang.

Sekitar dua puluh menit perjalanan yang ia tempuh dari kampus menuju rumahnya. Kini, ia tengah menunggu Jeffrey turun dari motor dan melepas sepatu sebelum memasuki rumah.

"Assalamualaikum." sapa Kiya saat mulai melangkah ke dalam, "waalaikumsalam, waduh Dek Kiya bawa siapa ini?" sapa Bapak, menyambut hangat lelaki yang berada di belakang Kiya, Jeffrey langsung menyalami dan tertunduk sopan.

"Dosennya Kiya, Pak." jawab Kiya, ia meremat tangannya yang mulai terasa dingin.

"Silahkan duduk." ujar Bapak, mempersilahkan Jeffrey untuk duduk dihadapannya.

"Perkenalkan, Pak. Saya Jeffrey Adhyaksa Gentama, salah satu dosennya Azkiya di kampus." Bapak hanya mengangguk seraya mengulas senyum simpul menatap Jeffrey yang tampak tengah gelagapan menahan kegugupan.

"M—maksud kedatangan saya disini, saya ingin menyampaikan niat baik saya untuk memperistri Azkiya."

Kiya yang yang duduk di sebelah Bapak hanya mampu membelalakkan matanya, ia mengira bahwa Jeffrey hanya ingin bertemu dengan Bapak dan mengenalnya lebih jauh.

"Kak—" tegur Kiya.

"Saya serius, Azkiya." ucap Jeffrey dengan penuh keyakinan.

"Saya apresiasi keberanian kamu untuk datang ke hadapannya saya, dan meminta Azkiya secara langsung. Saya mau tanya-tanya dulu ke kamu, boleh?"

Jeffrey hanya dapat mengangguk, "tentu, Pak." jawabnya.

"Umur kamu berapa?"

"Saya dua puluh enam, Pak."

"Daripada sama Azkiya, kamu lebih cocok dengan anak sulung saya, dia seumuran dengan kamu dan belum menikah juga. Azkiya bahkan belum dua puluh tahun, gak kejauhan ya menurut kamu? gak mau sama anak sulung saya aja?" goda Bapak, ia melirik ke Azkiya sekilas yang tampak protes dengan ucapannya itu.

"Tapi saya cintanya sama anak bungsu Bapak," Bapak hanya terkekeh mendengar itu, "Sejauh mana kesiapan kamu untuk menikah?" Bapak mulai membuka pertanyaan yang serius pada Jeffrey, membuat Jeffrey berkali-kali menelan ludahnya. Tak pernah ia duga bahwa bertemu dengan lelaki paruh baya terlebih Bapak dari Azkiya membuat seluruh tubuhnya terasa beku.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang