Pernyataan Kiya beberapa menit yang lalu cukup mengusik Jeffrey, biarpun Kiya sudah mengelak bahwa itu hal biasa tapi Jeffrey terus memikirkannya.
"Mas?" panggil Kiya, setelah kancing kemeja Jeffrey tersemat semua, Kiya melangkah mundur. "Ya?" jawab Jeffrey setelah beberapa saat.
"Mikirin apa? dari tadi Kiya perhatiin ngelamun terus," Jeffrey menghela napas, lalu memegang kedua pundak Kiya seraya menatap wanita itu dengan serius.
"Beneran gak mau di cek aja?" tanya Jeffrey lagi, bisa dibilang ini adalah pertanyaan yang kesekian kali pagi ini.
"Mas Jeffrey... Ini biasa kok. Kiya memang biasa telat haid satu dua minggu gitu, gak usah terlalu dipikirin, Mas." Kiya menjawab Jeffrey dengan lembut juga bermaksud meyakinkan lelaki itu.
"Sayang, sewaktu kamu gadis sama yang sekarang itu gak bisa disamain, udah beda. Semisal beneran hamil, terus ngga ketahuan sama kita, kan bahaya juga takutnya kenapa-kenapa, " ujar Jeffrey.
"Iya sih, Mas. Tapi beneran, Kiya gak ngerasain gejala apa-apa, jadinya Kiya gak begitu yakin kalo Kiya lagi hamil," balas Kiya.
"Cek aja ya? Mas beli testpack dulu," putus Jeffrey, lalu bersiap hendak pergi. Dengan buru-buru Kiya menahan, "Biar Kiya sendiri aja nanti, Mas." Jeffrey lantas mengernyit.
"Lho, kenapa memangnya?" tanya Jeffrey. Kiya tersenyum tipis, "nanti Mas telat berangkat kerjanya," jawab Kiya.
Jeffrey ikut tersenyum, "oke deh, nanti kabarin Mas ya," Kiya mengangguk, lalu melangkah maju untuk memeluk Jeffrey.
Awalnya Jeffrey sedikit terkejut hingga tak membalas pelukan Kiya, tak lama setelahnya Kiya kembali membuka suara "Gapapa 'kan, Mas?" Jeffrey mengerti apa yang Kiya maksud, membuat ia membalas pelukan Kiya dengan hangat.
Jeffrey mengecup bahu Kiya terlebih dahulu, "iya gapapa, kalo memang belum ya artinya belum rezeki, kita juga masih terlalu awal 'kan? jangan khawatir." Kiya mengangguk pelan dalam dekapan Jeffrey, lalu setelah merasa puas memeluk lelaki itu, Kiya langsung menarik diri. Namun, tampaknya lelaki didepan Kiya masih merasa enggan, hingga tangan lelaki itu masih belum ingin berpindah dari pinggulnya.
"Mas nanti telat, lho," peringat Kiya agar Jeffrey segera melepas kukunganya. Jeffrey tak mengindahkan, ia ingin berpuas diri memandangi wajah Kiya.
"Kamu jangan kemana-mana ya, wajahmu masih pucet banget," ucap Jeffrey, Kiya yang merasa badannya sehat-sehat saja lantas mengelak.
"Kiya nanti mau ke pasar sama Ibu, Kiya juga udah sehat kok." balas Kiya membuat Jeffrey berdecak, punggung tangan Jeffrey hendak tergerak menyentuh kening Kiya, tetapi sebelum punggung tangannya mendarat, ia malah mendapat kecupan singkat dari wanita didepannya.
"Itu buktinya!" ucap Kiya dengan malu-malu membuat Jeffrey merasa gemas hingga kembali mengecup bibir Kiya.
"Iya percaya, udah bisa centil artinya udah sehat, gitu ya?" Jeffrey terkekeh, maniknya terus mengikuti pergerakan Kiya yang terlihat salah tingkah dan berusaha mengalihkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer
RomanceAjuan proposal ta'aruf dari Jeffrey Adhyaksa Gentama siang itu berhasil membuat Azkiya diam tak berkutik. Bagaimana tidak? gadis penghujung belasan tahun itu tak pernah menyangka bahwa sang dosen yang sama sekali tak pernah bersua padanya, mengingin...