43

11K 865 94
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeffrey menyetujui permintaan Kiya tanpa ragu. Namun, ia tidak bermaksud untuk benar-benar memulangkan Kiya ke rumah orang tuanya. Alasan mengapa Kiya bisa menjadi Kiya yang dihadapannya sekarang, tak lain karena tak ada yang dapat mengajaknya berbicara, Kiya terlalu lama menyendiri.

Dan mungkin, dengan bertemu orangtuanya adalah pilihan yang tepat. Kiya bisa lebih membuka diri kepada Ibu dan Bapak ketimbang dirinya. Jeffrey berharap dengan itu, Ibu dan Bapak bisa memberikan Kiya saran yang baik, hingga pikiran Kiya terbuka dan menemukan tekad hidupnya lagi.

Mungkin, apabila ada Bapak, Jeffrey akan dicecar dengan berbagai pertanyaan dengan wajah serius nan menyeramkan dari Bapak, sebab ia membawa kembali anak bungsunya dengan wajah sembab. Meski begitu, tetap ada Ibu yang langsung menaruh kecurigaan ketika mereka datang.

Kiya langsung melenggang pergi menuju kamarnya, meninggalkan Jeffrey dan Ibu yang menatap langkahnya.

Jeffrey menghela napas, sebelum menjawab raut bingung Ibu yang mengarah kepadanya. "Saya titip Kiya untuk beberapa hari ya, Bu," ucap Jeffrey.

"Dinas ke luar kota lagi ya, Jeff?" tanya Ibu.

"Nggak sih, Bu. Tapi beberapa hari ini saya bakal sibuk banget, takut Kiya nggak ada yang nemenin. Jadi saya titip disini dulu." Ibu semakin menatapnya curiga, meski ini kali pertama namun tetap saja Ibu bisa menerka apa yang tengah terjadi.

"Berantem ya kamu berdua?" Jeffrey mengulas senyum, ini sudah kentara, dan ia mengangguk menjawab Ibu.

"Saya ke kamar Kiya dulu ya, Bu." Jeffrey langsung beranjak ketika Ibu mempersilakan ia menyusul Kiya.

Jeffrey masuk ke kamar Kiya tanpa mengetuknya lebih dulu, ia langsung beringsut mendekati Kiya. Wanita itu tak acuh akan dirinya, ia terus saja membenahi ranjang tanpa menoleh pada Jeffrey.

Lelaki itu berdiri dan terdiam mengikuti tiap pergerakan Kiya. "Mau sampai berapa lama disini?" tanya Jeffrey.

"Terserah Mas aja," kata Kiya, namun ia tidak menatap Jeffrey.

"Kamu yang minta pulang, kenapa jadi terserah Mas?"

"Bolehnya berapa lama?"

"Terserah kamu," jawab Jeffrey.

"Kiya belum tau. Nanti dikabarin." Jeffrey mengangguk. Ia menyerahkan ponselnya pada Kiya, ponsel lain miliknya yang kerap Kiya pakai.

"Kabarin pakai itu. Handphone kamu perlu Mas perbaiki." Kiya mengangguk.

Jeffrey masih di posisi yang sama, meski wanita itu enggan menatapnya, Jeffrey terus mengunci matanya pada Kiya.

"Bicara sama Ibu dan Bapak, jangan hanya diam kaya sikap kamu ke Mas. Mas kasih izin kamu cerita apa aja ke orang tua kamu, asalkan kamu tau batasnya, dan jaga warwah Mas dihadapan orang tua kamu." Jeffrey langsung melenggang begitu saja usai berkata begitu.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang