17

18.5K 1.8K 242
                                    

⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dua minggu lebih sudah terlewati, selama dua minggu ini pula keduanya sama-sama belajar memahami satu sama lain. Kiya perlahan tahu bahwa Jeffrey memiliki sifat ceroboh dan sangat berantakan, dan juga bagi Jeffrey ia mulai mengetahui bahwa sang istri sang piawai dalam memasak dan mudah sekali menangis.

Belum banyak yang terlihat dipandangan mata, belum banyak pula hal yang dapat diamati. Selama dua minggu ini pun, Jeffrey terlihat sangat sibuk, berangkat pagi dan pulang tak kurang dari jam sembilan malam.

Membuat intensitas hubungan keduanya sedikit menurun, Kiya pun merasa semuanya sedikit hambar, tak lagi menggebu-gebu saat awal mereka menikah. Walaupun paham hubungan pernikahan tak selamanya berjalan manis, tetapi Kiya sungguh tak suka apabila ia dan Jeffrey mulai tak se-erat seperti diawal.

Sibuk memikirkan segala macam pikiran yang terlintas dengan acak, membuatnya tersentak kaget ketika ada tangan kekar yang melingkar dibahunya.

"Mikirin apa sih? malah TV nya yang nontonin kamu," ucap lelaki itu, ia pindah untuk duduk disamping Kiya.

"Gak mikirin apa-apa, kenapa hari ini pulangnya lebih lama, Mas?" tanya Kiya, memang Jeffrey pulang lebih malam dari biasanya, sudah jam setengah sebelas saat ini.

"Semua kerjaan sengaja Mas selesainnya malem ini,  biar besok  bisa libur. Kamu besok ada acara?"

"Alhamdulillah...besok Kiya gak ada kegiatan apa-apa, Mas."

"Oke, besok kita jalan-jalan ya? Mas mau mandi dulu." ucap Jeffrey, ia sekilas mengusak rambut Kiya lalu segera bergegas ke kamar.

Kiya juga ikut bangkit, meninggalkan ruang keluarga dan beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Untungnya, ia tak perlu repot memasak, karena beberapa hari terakhir sang Ibu mertua selalu mengirimkan lauk untuknya dan Jeffrey. Belum lagi tetangga sebelah yang sempat membagikan makanan sebagai basi-basi bentuk perkenalan.

Berselang lima belas menit, Jeffrey ikut bergabung dengan Kiya diruang makan, wangi sabun masih menguar dari lelaki itu.

"Kamu cantik banget malem ini." tanya Jeffrey seraya menarik kursi, ia tersenyum menatap Kiya yang masih sibuk meletakkan makanan diatas  meja.

"Baju dari Mama ini, Mas." jawab Kiya. Ia sangat yakin bahwa gaun rumahan tanpa lengan berwarna putih yang menjadi alasan dari pujian itu dilontarkan.

"Emang dasarnya kamu udah cantik, Dek." puji Jeffrey sekali lagi, membuat gadis yang sedang menyiapkan makanan untuknya tersenyum malu.

"Ini kambing lagi?" tanya Jeffrey seraya menunjuk isi piring yang Kiya sodorkan padanya.

"Iya, tadi dapet kiriman dari Mama. Bosen ya, Mas?  Kiya masakin yang lain aja ya," baru saja ingin beranjak dari duduknya, Jeffrey lebih dulu menahan tangan Kiya.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang