9

23.7K 2.6K 156
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Satu hari  setelah mengunjungi sang Ibu mertua. Setelah pagi hingga siang mengisi hari dengan jadwal perkuliahan yang cukup padat. Sore harinya setelah ashar, Kiya duduk di salah satu cafe di temani dua orang berbeda jenis di dekatnya. Cukup melelahkan, setelah banyak beraktivitas, Kiya kembali berperang dengan tugas dan laptop yang menjadi senjatanya.

"Felix, jangan hape terus! cepet rangkum jurnalnya terus kirim ke Kiya."

"Ck...ini juga lagi nyari, Del."

Kiya menghela napas, dua orang itu juga tak kalah lelahnya, ia hanya terdiam mendengar impasan kekesalan dari keduanya. Berkali-kali ia mendengar Delia berdecak di sampingnya, gadis itu bahkan sudah meneguk dua gelas kopi untuk menahan kantuk yang menerpa. Yang Kiya tau bahwa Delia sedang sibuk-sibuknya mengurusi event kampus hingga membuat gadis itu mati-matian membagi waktu.

"Jurnal Inggris nih yang dapet. Pas untuk dukung laporan kita," ucap Felix setelah sekian lama terpaku dengan ponselnya.

"Yaudah, terjemahin. Kenapa harus bilang-bilang  dulu? langsung kerjain apa susahnya sih," ketus Delia. Tampaknya gadis itu sangat lelah di tambah ia tengah kedatangan tamu bulanan membuat gadis itu begitu sensitif.

"Del, kalo capek istirahat dulu. Biar Felix yang siapin bahan presentasinya, aku bisa cari jurnal sendiri."

"Nanti aja. Biar ini cepet selesai, Kiya."

"Kamu perlu istirahat, Del. Tidur sebentar, lima belas menit aja, aku tau kamu capek."  bujuk Kiya, tetapi di balas gelengan oleh Delia.

Kiya tau, Delia itu tipikal mahasiswa yang ambisius. Bukan su'udzon, Delia enggan melepas tugasnya sejenak karena tidak terlalu mempercayai Kiya dan Felix untuk menyelesaikan semuanya. Setiap satu kelompok dengan Delia, gadis itu pasti selalu mendominasi, entah bisa di bilang senang atau tidak memiliki anggota kelompok seperti itu, Kiya tentu saja hanya menjadi bagian yang terus manut dan iya-iya saja. Maka dari itu, ia tidak mempermasalahkan hal itu.

"Aku mau ke toilet bentar deh, mau cuci muka," Delia memundurkan kursi dan beranjak berdiri, selepas itu ia melangkahkan kaki menuju toilet, meninggalkan Kiya dan Felix di meja itu.

"Sumpah, kesel banget," ucap Felix sembari menyandarkan punggung pada sandaran kursi, Kiya terkekeh pelan. Dari awal keduanya terus adu mulut, tentu saja Felix yang selalu kalah karena lebih memilih untuk mengalah pada Delia.

"Dia lagi capek, Lix. Hahaha, sabar ya." balas Kiya.

"Iya tau sih, tapi ya—nggak usah sensi gitu. Ih dasar, cewek-cewek," Felix menggelengkan kepala sembari menyedot minumannya.

"Ih biasa, namanya juga lagi kedatangan tamu bulanan, kayak gak tau perempuan aja," cibir Kiya.

"Oh pantesan aja Delia lagi mode senggol bacok, lagi kedatangan tamu bulanan rupanya toh," Kiya tertawa pelan mendengar penuturan Felix.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang