13

21.1K 1.9K 190
                                    

jangan lupa vote! kalo ada typo, tag aja yaa^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa vote! kalo ada typo, tag aja yaa^^





"Dek Kiya, Mas Jeffrey dateng!" seru lelaki berlesung pipi yang sedari tadi tersenyum tanpa henti. Sembari melajukan mobil, ia terus bersenandung ria sepanjang jalan, hatinya berbunga ketika mengingat bahwa ia akan membawa Kiya ke rumahnya.

"Ya Allah, Dek Kiya...kenapa sih kamu tiap hari semakin buat saya jatuh cinta?" gumamnya, bermonolog seorang diri. Ia mengusap wajahnya, pikirannya terus dipenuhi wajah cantik milik Kiya.

Jeffrey sungguh tak sabaran, ingin sekali melajukan mobil dengan cepat agar segera bertemu dengan Kiya, padahal baru beberapa jam yang lalu ia berjumpa dengan gadis itu, tetapi kerinduan sudah begitu membuncah tak tertahankan.

Untung saja jarak antara rumah Jeffrey dengan rumah orangtua Kiya cukup berdekatan, dan tidak memakan waktu yang lama karena ada jalan pintas yang tidak mengharuskan Jeffrey untuk menghadapi kemacetan di jalan raya.

Ia merapikan rambut, dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh, memastikan bahwa penampilannya sudah cukup rapi untuk menemui sang mertua serta pujaan hati, Jeffrey turun dari mobil dan mengambil langkah pasti untuk menemui keluarga Kiya yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Assalamualaikum," ucap Jeffrey dari luar pintu, "waalaikumsalam." Kedatangannya tampak sudah di tunggu-tunggu, ia melempar senyum pada Kiya sebelum menyalami ibu dan bapak yang menyambut Jeffrey dengan begitu hangat.

"Bahagia banget nih kayaknya," goda Bapak pada Jeffrey, "heheh, kentara banget ya, Pak?" Jeffrey tersenyum malu, membuat Ibu dan Bapak terkekeh melihat sang menantu yang terlihat salah tingkah.

"Duduk, Jeff." Jeffrey mengangguk, kemudian ikut duduk di dekat Bapak, "Kiya beresin koper-koper dulu ya," ujar Kiya setelah melihat gelagat Bapak yang tampak ingin berbicara dengan sang suami. Keduanya mengangguk membuat Kiya dan Ibu segera beranjak dari sana.

"Nginep di rumah orang tuamu?" tanya Bapak memecah keheningan yang sempat tercipta oleh keduanya, "rencananya tadi begitu, tapi dilarang sama Ayah biar berdua dulu katanya." jawab Jeffrey.

Bapak mengangguk sekilas, ia menegakkan duduk lalu mengetuk sisi bangku, "ada yang mau bapak omongin." ucapnya sembari, membuat Jeffrey langsung terpaku.

"Ya, Pak?" Bapak mengulum senyum, menyimpangkan jari -jari dan menatap Jeffrey dengan serius, memandang sang lelaki yang sekarang menjadi pemilik dari gadis kecilnya. Bapak tak ragu, Jeffrey begitu jelas mencintai, menghormati, dan menyanyangi Kiya, hanya saja banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi di kedepannya.

"Gini ... Bapak hanya mau bahas masalah kuliahnya Kiya. Sesuai janji, setelah menikah Kiya tetap bisa ngelanjutin kuliahnya kan?" Jeffrey mengangguk, "nah Jeff...Bapak mau minta, biarin biaya kuliahnya Kiya tetap Bapak yang nanggung, ya?"

"Pak? tapi 'kan Kiya itu sekarang tanggung jawab saya," sela Jeffrey saat mendengar penuturan Bapak, Jeffrey tidak bisa menjelaskan dengan gamblang bahwa ia cukup tersinggung dengan pernyataan itu, secara tidak langsung Bapak sedikit meragukan kemampuannya.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang