34

13.3K 1.2K 93
                                    

jangan lupa votee! dan komen dong apa ajaaaa<33333 thankiess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa votee! dan komen dong apa ajaaaa<33333 thankiess






Sudah seminggu Kiya menjalani hari-hari beratnya. Selisih paham antara ia dan Jeffrey belum ada titik terangnya, sebab dua hari setelah acara reuni itu, Jeffrey bertolak untuk melaksanakan dinas di luar kota. Dan sudah hari kedua Jeffrey kembali, mereka masih belum juga bergerak membenahi hubungan mereka selayak dan sehangat dahulu.

Selama berjauhan, Jeffrey tak serta merta melepas tanggung jawabnya meski ia masih marah. Mereka kerap bertukar kabar, walau hanya pesan singkat biasa, setidaknya Jeffrey selalu memastikan keadaan Kiya. Pun sesaat setelah dirinya kembali, mereka tak terlalu banyak bicara, meski begitu mereka tak melepas peranan satu sama lain.

Hari berat yang Kiya maksud pun tak hanya mengenai hubungannya dengan Jeffrey, tetapi juga mengenai situasi baru yang kini ia hadapi. Kiya tentu tak bisa berlama-lama untuk terus meliburkan diri, maka dari itu dengan segenap keberanian ia kembali untuk memulai kuliah lagi.

Satu sampai tiga hari ia di cerca oleh berbagai pertanyaan dari orang-orang disekitarnya. Cukup jengah, dan kala itu ia menghadapinya sendiri, namun hari-hari setelahnya berjalan seperti biasa. Karena banyak yang mengetahui tentang kehamilannya, cukup banyak yang menaruh perhatian pada dirinya.

Kerenggangan sebab keengganan Atirah dan Delia untuk berteman lagi juga membuat Kiya sedih, mereka masih mengambil jarak dari Kiya. Kiya tak memaksa, namun ia selalu berharap Atirah maupun Delia segera berbicara dan bersedia mendengar ceritanya.

Meski begitu, setidaknya ada Alya dan Rena yang terus berada disisinya. Seminggu berlalu begitu terasa, Kiya menahan diri selama itu, hingga hari ini semuanya terasa di ujung tanduk.  Sedari pagi, kesedihan begitu melanda hatinya, terlebih ketika melihat Jeffrey yang terus berlalu-lalang disekitarnya, mereka kerap berpapas tapi bersikap seperti tak saling kenal.

Hingga siang tiba, air mata Kiya tumpah begitu saja, seperti bukan ia yang mengambil alih air matanya hingga terus turun tanpa henti. Untung saja jam perkuliahan masih senggang, sehingga Kiya bisa berpuas diri untuk menangis.

"Kiya!" Farhan melambai ke arahnya, lalu berlari menghampiri keberadaan Kiya.

"Di cariin kemana-mana rupanya disini," ujar Farhan, lalu memperhatikan Kiya dengan jelas, "loh, nangis ya, Ki?" tanya Farhan, sontak Alya mengintrupsinya untuk diam.

"Ada apa, Han?" tanya Rena, Farhan lantas menyerahkan kantong hitam yang semula berada di tangannya.

"Titipan makan siang dari Kak Jeffrey nih, Ki," ucap Farhan.

Kiya menerima kantong yang dibawa Farhan dari Rena, lalu memeluk kantong itu kemudian kembali melanjutkan tangis. Ia membenam wajah di lutut, bahunya tampak bergetar lalu isakan kecil terus terdengar.

"Al, si Kiya kenapa?" tanya Farhan dengan pelan.

"Gapapa, Han,hormon ibu hamil. Kiya cuma pengen nangis aja katanya." Farhan mengangguk paham. Meski berkata tenang, Alya dan Rena terlihat cukup panik dan kewalahan.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang