38

10.5K 1K 151
                                    

udah mulai sering update nih, ayo ramein lagiii!jangan lupa tinggalin vote dan komentarnya yaaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah mulai sering update nih, ayo ramein lagiii!
jangan lupa tinggalin vote dan komentarnya yaaa!




Kiya mengira bahwa gejala kehamilannya baik-baik saja, tetapi kian kandungannya bertambah usia, gejalanya perlahan semakin terasa.

Kepalanya terasa sangat pusing, rasa mual juga tak jarang mengiringinya. Di saat UAS berlangsung, Kiya terkadang harus izin dan menyela konsentrasi sebab rasa mual yang tak tertahankan. Hal itu cukup mengganggu fokusnya menjalankan UAS.

Sama seperti beberapa hari yang lalu, kepalanya terasa sangat pusing. Di tambah penciuman tajamnya yang terasa terganggu oleh aroma dari berbagai manusia di dalam ruangan ber-AC itu
Sungguh, Kiya merasa mual.

Jeffrey yang mengawasi kelas Kiya hari ini tak henti memperhatikan wanita itu dari tempatnya duduk. Setelah beberapa hari terakhir ia mendapat laporan dari beberapa dosen, bahwa istrinya itu terlihat tidak sehat ketika di kelas, kini Jeffrey bisa memastikannya secara langsung.

Jeffrey seringkali menatap Kiya dari bangku yang di dudukinya, sangat kentara bahwa Kiya begitu tak nyaman dengan kondisinya. Jeffrey tak dapat menahan diri untuk tidak menghampiri wanita itu, sembari membawakan segelas air mineral untuknya.

Meski cukup banyak mata yang mengawasi geraknya dalam diam, Jeffrey merasa biasa saja dan merasa harus menghampiri Kiya.

Ia meletakkan segelas air putih itu, lalu sedikit menunduk di samping Kiya. "Mual lagi?" Kiya hanya mengangguk tanpa menoleh pada Jeffrey.

"Tapi, gapapa kok," jawab Kiya dengan pelan, dengan harap Jeffrey segera beranjak dari sisinya. Sangat tak nyaman menunjukan hubungannya dengan Jeffrey dihadapan teman kelasnya.

Jeffrey mengangguk paham, "Bilang saya kalau butuh sesuatu," ucap Jeffrey lalu kembali ke tempat duduknya. Meski begitu, ia terus saja mengunci pandangannya pada Kiya, sangat khawatir dengan kondisi istrinya itu.

Bagaimana tak khawatir? Usai lebaran, kondisi Kiya amat berbanding terbalik dengan beberapa minggu yang lalu. Tak lagi ceria seperti biasanya, nafsu makannya pun juga menurun tidak banyak kehendaknya seperti awal kehamilan dulu.

Kurang lebih dua minggu, hanya wajah pucat pasi istrinya yang terus ia lihat. Jeffrey merasa tak berguna disaat-saat seperti sekarang, tak tau harus melakukan apa untuk Kiya. Ia tahu betul, Kiya sedang melewati masa-masa yang sulit. Menghadapi UAS dengan kondisi kehamilan yang cukup menghambatnya, tentu sangat berat. Belum lagi, tekanan yang Kiya dapatkan dari orang-orang di sekitarnya.

Tak boleh makan ini, tak boleh melakukan itu, dan banyak sekali yang di batasi untuk Kiya.

Betul-betul tak ada hal besar yang Jeffrey lakukan disaat Kiya merasa tersiksa dengan kondisinya. Jeffrey hanya memijat tengkuk Kiya disaat wanita itu sedang muntah, lalu membuat secangkir teh hangat, dan memberikan satu kecupan di kala wanita itu hendak tertidur. Perannya nyaris tak membantu.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang