30

15.5K 1.6K 240
                                    

jangan lupa feedbacknya♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa feedbacknya


Pukul setengah empat pagi dering alarm tiba memekakan telinga. Dengan mata yang masih enggan terbuka, Kiya berdecak seraya berusaha meraba nakas disisi kanannya. Ia meraih ponsel, memaksa matanya untuk terbuka, dan setelah memastikan pukul berapa, ia segera bangkit dengan malas, dirinya tengah di kuasai rasa ngantuk yang luar biasa.

Lelaki di sebelahnya masih terlelap dengan nyenyak, Kiya menepuk lengan lelaki itu dengan pelan, "Mas, sahur," ucapnya, lelaki itu hanya membalas dengan deheman singkat lalu berbalik memunggunginya.

Kiya benar-benar mengantuk, ia memaksa kuat tubuhnya untuk bangkit bahkan berjalan menuju dapur. Membasuh wajah dengan air di subuh hari yang terlampau dingin bahkan tak berhasil membuat ia meraih penuh kesadarannya.

Kiya yang tengah diterpa rasa mengantuk dan malas yang sangat besar, memutuskan untuk menggoreng telur dadar saja untuk menu makan sahur hari ini. Karena tak ada obat mengantuk selain tidur, maka Kiya berniat untuk tidak sahur dan memilih untuk tidur selepas ini.

Jeffrey yang tadinya berjalan gontai menuju dapur lantas berhenti, meratapi meja makan yang hanya dihiasi sepiring nasi dengan telur dadar diatasnya, ia tak masalah dengan menu makanan apa saja yang di hidangkan oleh Kiya. Namun, baginya ini tak biasa, ia hanya merasa sedikit heran.

Kiya meletakkan segelas air putih di meja makan, ia bahkan tak ada niatan untuk duduk dan menemani Jeffrey makan, dan memilih untuk berlalu dengan meninggalkan beberapa kata yang mampu membuat Jeffrey heran.

"Sahur sendiri ya, Kiya mau tidur," ucapnya sebelum berlalu. Namun dengan pergerakan cepat Jeffrey mencekal pergelangan tangan Kiya.

"Kamu gak sahur?" Kiya menggeleng lesu, "Kiya ngantuk banget, Mas," keluhnya.

Jeffrey memastikan suhu tubuh Kiya, dengan keluhan serta tubuh wanita itu yang tampak lesu membuat Jeffrey cukup was-was wanita itu terserang demam, mengingat sore tadi wanita itu sempat di terpa hujan.

Suhu badannya normal, alis Jeffrey pun bertaut, "kamu masih marah sama Mas?" tanya Jeffrey, sedikit skeptis bahwa Kiya masih marah hingga menghindarinya saat ini.

"Ngga, Mas. Kiya beneran ngantuk ini, udah ya Kiya mau lanjut tidur," ucapnya sebelum melenggang pergi.

Jeffrey tak lagi menahan pergerakan Kiya, ia memandang punggung Kiya yang perlahan menjauh, seraya berpikir sejenak lalu mengidikkan bahu saat dirinya tak dapat menerka apa yang terjadi pada Kiya.

Ia beranjak duduk, lalu meneguk segelas air putih hangat sebelum menyantap makanannya. Suapan pertama, ia terpejam jengah, pengecap diujung lidahnya berfungsi baik tatkala mencicipi telur dadar buatan Kiya. Alih-alih terasa asin, telur dadar yang mau tak mau ia makan ini justru terasa manis.

Sembari menikmati telur dadar manis buatan Kiya, Jeffrey pun merenung memikirkannya. Apakah istri kecilnys itu terlampau mengantuk hingga tak bisa membedakan antara gula dan garam, hingga telur dadar yang seharusnya gurih malah terasa manis. Atau, bisa saja Kiya masih marah hingga mengerjainya seperti saat ini.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang