36

9.7K 975 47
                                    

jangan lupa feedback-nya yaaa!<33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa feedback-nya yaaa!<33





"Jalan kaki aja ih, Mas..." Kiya menghentikan langkah saat tahu arah jalan Jeffrey, lelaki di depannya ikut terhenti lalu menoleh ke sang istri.

Ia menatap langit lebih dulu sebelum membalas, "Lumayan jauh loh itu," balasnya.Di panas terik seperti ini berjalan kaki menuju rektorat ? Ia tak habis pikir dengan kemauan Kiya.

"Ya gapapa lah, sekalian olahraga. Ke rektorat aja pake mobil segala." Jeffrey mendelik sebal, dilihat dari gelagat Kiya, kali ini wanita itu tak mau mengalah.

"Panas terik kaya begini, loh...Orang puasa, kamu mah enak nggak puasa." Jeffrey membalas, lalu kembali melangkah.

Jeffrey terdengar menyebalkan terlebih lagi ketika lelaki itu meninggalkannya begitu saja, Kiya menatap punggung tegap itu dengan kesal.

"Iya tau kok Kiya nggak puasa, Mas Jeff yang puasa. Mas Jeff yang lebih capek, Mas Jeff yang lebih—" Belum usai, Kiya lantas tersenyum tatkala Jeffrey mengalah dengan kembali berbalik arah kepadanya.

"Yeay!" sorak Kiya, ia sedikit melangkah cepat mengikuti Jeffrey dari belakang, lelaki itu sempat melewatinya begitu saja, kentara bahwa ia tengah kesal.

Jika tidak sedang berada di kampus mungkin Kiya sudah bergelayut pada lengan lelaki itu, mengabaikan rasa dongkol suaminya, Kiya berceloteh ria sepanjang perjalanan menuju rektorat.

"Mas Jeff besok sibuk nggak? Kiya mau buat kue kering rencananya, udah mau lebaran masa kita belum siapin apa-apa sih, Mas..."

"Beli aja, jangan ngerepotin diri sendiri, lagi hamil juga." Kiya mencibik sebal, lalu menyamakan langkah di samping Jeffrey, hendak menunjukkan wajah masam sekaligus tidak setuju dengan balasan suaminya itu.

"Kan ada Mas Jeffrey yang bisa bantu Kiya! Buat satu macem aja deh, boleh ya, Mas?" Jeffrey mendengus sekaligus tersenyum tipis memperhatikan Kiya dengan kening berkerut dan sorot sayu sebagai upaya membujuknya, jarang sekali Jeffrey bisa melihatnya seperti itu.

"Iya-iya, mau buat kue apa rencananya?" tanya Jeffrey, mata Kiya tampak berbinar.

"Kastengel!" serunya dengan cepat.

Jeffrey terkekeh dan menepuk kepala Kiya sekilas, "Semangat banget," ujar Jeffrey.

"Mas Jeff punya banyak uang, 'kan? Kiya mau buat kastengel pake keju yang banyaaak banget, boleh ya?" Lelaki itu mengangguk.

Berbicara tentang uang, Jeffrey sedikit was-was apabila panggilan dari sang Ayah kepadanya berkaitan dengan uang yang di pinjamnya beberapa saat lalu, tak masalah jika hendak berbicara empat mata. Namun, dengan mengajak Kiya? Jeffrey sungguh malu.

Dan ternyata benar, sesaat setelah mereka duduk berhadapan dengan Ayah, lelaki setengah baya itu menyerahkan amplop coklat yang terlihat lumayan tebal, tak ada dugaan lain selain uang yang ada di dalamnya.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang