2

29.5K 3.2K 270
                                    


Terima kasih sudah mampir. Selamat membaca!!!

Setelah lama terdiam, aku langsung memasukan lembaran kertas tadi ke dalam tas, kemudian aku langsung mengambil langkah mendekati teman-temanku yang sedari tadi menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah lama terdiam, aku langsung memasukan lembaran kertas tadi ke dalam tas, kemudian aku langsung mengambil langkah mendekati teman-temanku yang sedari tadi menunggu.

"Tugas kamu ada yang salah?" tanya Delia setelah aku sampai di hadapan mereka, kini kami berjalan menuju Masjid utama di kampus ini.

"Hah?"

"Tugas kamu dibalikin Kak Jeffrey kan? tadi kita lihat dia nyerahinnya ke kamu." aku langsung gugup, jika begini aku terpaksa harus berbohong.

"Ah i—iya."

"Mana tugasnya? biar aku bisa bandingin dengan punya ku, mumpung aku bawa flashdisk."

"A—aku kerjainnya di rumah aja, ayo udah  adzan ini." aku langsung mengambil langkah cepat mendahului teman-temanku. Selama berjalan menuju Masjid, pikiran ku terus memikirkan ajakan tiba-tiba dari Kak Jeffrey.

"Kak Delia!" walaupun bukan namaku yang di panggil, aku refleks menoleh ke sumber suara. Terlihat Jio membawa beberapa kertas hasil gambarannya sembari berlari menuju Delia.

"Calon adik ipar tuh manggil kamu, Del." ujar Rena, Delia tampak mengulas senyum malu.

"Kenapa Jio?" ku lihat Delia berjongkok menyamakan tingginya dengan Jio, "lihat, Jio berhasil gambar karakter among us, bagusnya Jio kasi warna apa ya?" tanya Jio, kami semua sontak terkekeh dan memilih terdiam di tempat,bmemperhatikan interaksi Jio dan juga Delia.

"Jio!" suara yang sama saat berbincang singkat denganku kembali terdengar, aku hanya terpaku memilih untuk tidak menoleh ke belakang saat tau bahwa Kak Jeffrey ada di belakangku.

"Jangan gangguin Kak Delia, dia mau sholat, ayo Jio sholat juga sama Kak Jeff." teman-temanku menggoda Delia, pipi gadis itu juga tampak kian memerah. Aku masih memilih diam, entah kenapa aku berpikir sepertinya Kak Jeffrey dan Delia punya hubungan yang cukup dekat.

Saat membalikkan badan ke depan, terlihat Kak Jeffrey berdiri di ambang pintu Masjid, kami sempat bertemu pandang tetapi dengan segera kami alihkan.

Jantungku berdegup kencang, padahal sebelumnya aku tidak pernah seperti ini.

"Kak Jeffrey yang imanin!" bisik  Atirah dengan antusias sembari berjinjit meninggikan badannya guna melihat shaf depan yang di batasi tirai yang cukup tinggi.

Selama sholat aku benar-benar tidak fokus, aku terus memikirkan kemungkinan yang terjadi di hari ini. Mungkin Kak Jeffrey salah orang, Kak Jeffrey sebenarnya ingin mengajukan pada Delia, bukan aku.

Setelah selesai sholat ashar, teman-teman ku langsung bergegas untuk pulang. Sementara aku memilih untuk tinggal sejenak di Masjid ini, aku duduk di anak tangga Masjid, seraya memperhatikan sekitar—lebih tepatnya menunggu Kak Jeffrey keluar dari Masjid.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang