Ajuan proposal ta'aruf dari Jeffrey Adhyaksa Gentama siang itu berhasil membuat Azkiya diam tak berkutik. Bagaimana tidak? gadis penghujung belasan tahun itu tak pernah menyangka bahwa sang dosen yang sama sekali tak pernah bersua padanya, mengingin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
jangan lupa vote:)
Cahaya silau dari matahari yang sudah menyinar cerah diluar sana membuat tidur sang gadis yang masih terbalut mukena mulai terusik, ia mengerjapkan matanya hingga perlahan terbuka, pupil matanya mengecil ketika mata indah miliknya menubruk sinar yang berhasil mencuri celah dari sela ventilasi.
Kiya mengerjapkan matanya berkali-kali, selang beberapa detik ia langsung bangkit dan netranya mulai menyeleksi seisi ruangan. Ia tak menemukan orang lain selain dirinya, ia mulai menyibak selimut dengan terburu lalu melepas mukena dan mencuci muka.
Seingatnya, ia hanya berbaring sebentar diatas sajadah seusai sholat subuh tadi, ia tak tau kapan ia terlelap dan dapat terbaring nyaman diatas ranjang.
Menyambut awal hari Kiya malah digerogoti rasa tak enak hati, harusnya ia bangun awal dan melayani segala kebutuhan suami, akan tetapi keadaannya saat ini malah berbanding terbalik dengan ekspetasi. Ia mulai mencari keberadaan Jeffrey dengan mengitari penjuru rumah.
Aroma nasi goreng yang tampak berasal dari arah dapur berhasil membawa langkah Kiya tanpa ragu beranjak ke arah sana.
Dari kejauhan Kiya melihat Jeffrey yang sudah tampak rapi dengan kemeja putih dengan celemek hitam tengah sibuk memindahkan nasi goreng dari wajan ke atas piring, lelaki itu belum sadar akan keberadaanya.
"Mas?" suara halus dari Kiya mampu membuat Jeffrey mengangkat wajahnya dengan segera, bibirnya melekuk dengan manis saat memandang Kiya.
"Hai cantik! baru aja mau Mas bangunin." ucap Jeffrey sembari melanjutkan pekerjaannya. Kiya melangkah mendekat kearah Jeffrey, "Mas, maaf ya. Harusnya Kiya yang siapin semuanya," ucap Kiya dengan pelan.
Jeffrey tersenyum seraya memandang Kiya sekilas, ia beranjak menuju ke pantry untuk meletakkan kembali wajan bekas nasi goreng yang ia gunakan sebelumnya, lalu kembali berbalik menatap Kiya yang masih bediri disamping meja makan memandang nasi goreng buatannya.
"Dek?" panggil Jeffrey seraya melangkah mendekat pada Kiya.
"Iya?"Kiya mengernyit menatap Jeffrey yang terus tersenyum dan mendekat padanya. "Tau gak persamaan nasi goreng ini sama kamu?" tanya Jeffrey membuat kening Kiya berkerut kebingungan atas pernyataan aneh yang lontarkan lelaki didepannya.
"Apa?"
"Sama-sama spesial." jawab Jeffrey, seakan bangga akan keberhasilan gombalan basinya, ia bertepuk tangan dan tersenyum menang selepas melontarkan itu.
Sedangkan Kiya hanya bergeming, ia mulai menangkap sifat asli dari suaminya, ternyata benar-benar aneh.
"Oke, karena Dek Kiya baper, ayo kita makan sekarang!" Jeffrey menarik kursi untuk Kiya duduki lalu ikut mengambil tempat disamping gadis itu.
"Sepiring berdua?" tanya Kiya, ia hanya mendapati sepiring nasi goreng dengan porsi besar dihadapannya.
"Iya-tapi Dek Kiya tenang aja, walaupun cuman sepiring, Mas buat ini untuk tiga porsi kok."