Ajuan proposal ta'aruf dari Jeffrey Adhyaksa Gentama siang itu berhasil membuat Azkiya diam tak berkutik. Bagaimana tidak? gadis penghujung belasan tahun itu tak pernah menyangka bahwa sang dosen yang sama sekali tak pernah bersua padanya, mengingin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di hari yang sama saat ia bertemu dengan Jeffrey di perpustakaan tadi, kini saat malam selepas isya kedua orang tua Kiya sempat pamit menemui sanak saudara yang cukup jauh berada di ujung kota, hingga membuatnya berada di rumah seorang diri sembari melawan segala ketakutan dari situasi yang ada.
Suara derasnya hujan yang memenuhi ruang hingga membuat gendang telinganya tak lagi bisa mendengar suara lain. Lampu padam ditambah kilatan langit yang sedang bergemuruh membuat Kiya bergetar ketakutan sendirian di dalam rumah.
Kiya berkali-kali menghubungi orangtuanya , meminta agar segera pulang. Tapi sayang, selain tak kunjung di sambut, keadaan diluar sana juga tak memungkinkan untuk memaksa kedua orang tuanya agar segera pulang.
Ingin sekali berlari dan mengungsi ke rumah tetangga, tetapi barang melangkah keluar kamar saja Kiya sudah ketakutan.
Selain Ibu, Bapak dan Azra, tak ada lagi yang bisa Kiya harapkan selain Jeffrey. Setelah banyak menimbang, akhirnya ia mulai menghubungi lelaki itu.
Untungnya, baru satu kali tut saja, langsung disambut oleh orang di sebrang sana, "Assalamualaikum, Dek. Kenapa? tumben telepon duluan? kangen?" Jeffrey terkekeh di akhir tanyanya tanpa tahu bahwa Kiya sedang ketakutan.
"W—walaikumsalam. Kak Jeffrey, dimana?"
"Di rumah, kamu habis nangis, kan? kenapa?"
"Saya takut, saya sendiri dirumah—hiks."
"Ya Allah, tunggu sebentar saya kesana ya," Jeffrey terdengar sedang terburu dan memutuskan sambungan telepon nya.
Terbesit rasa tenang, saat tau bahwa Jeffrey akan segera tiba. Tapi hal itu juga tak mampu menutupi rasa takut Kiya sepenuhnya.
Ia sebenarnya tidak se-penakut itu jika siang tadi tidak dibawa Jeffrey ke pojok perpustakaan yang cukup terkenal angker. Di tambah suasana gelap dan gemuruh petir yang menggelar di luar sana membuat rasa takutnya bertambah berkali lipat.
Kiya juga khawatir, dan terus berdoa agar Jeffrey bisa sampai ke rumahnya dengan selamat mengingat bahwa keadaan di luar sangat menyeramkan. Gemuruh petih tampak bersahutan.
Setelah menunggu hampir sepuluh menit lamanya, ia dengan cepat melangkah ke luar kamar dan segera menuju ke lantai bawah, membukakan pintu untuk Jeffrey yang sudah menunggu di depan sana.
Sebelum membuka pintu, ia mengintip keadaan luar terlebih dahulu di balik tirai putih jendela di samping pintu. Tanpa ragu, ia langsung membuka pintu rumahnya saat mendapati sosok Jeffrey yang sudah berdiri menunggunya.
Tanpa malu, Kiya langsung menghambur ke dalam pelukan Jeffrey, membuat Jeffrey langsung bergeming sejenak.
"Takut," lirih Kiya, membuat tangan Jeffrey tergerak mengelus punggung gadisnya itu, "saya disini, jangan takut lagi ya." ucap Jeffrey dengan lembut.