jangan lupa tinggalin vote dan komentarnyaaa biar aku lebih semangat lagii,
hope you enjoy luvv𔘓𓂃 ࣪˖ ִֶָ“Dek, suamimu udah dateng tuh, coba nanti di bicarain sama Jeff ya,” kata Ibu, membuat Kiya segera meninggalkan peralatan masaknya lalu menghampiri Jeffrey yang duduk di ruang tengah rumah orang tua Kiya.
Sore itu Kiya memang berkunjung atas permintaan Ibu untuk datang ke rumah selepas kuliah. Ibu bermaksud untuk berbicara dengan Kiya, dan juga mengajak anak dan menantunya itu untuk makan malam bersama, oleh sebab itu Jeffrey turut datang selepas ia bekerja.
“Mandi dulu, Mas. Bajunya Mas masih ada disini.” Jeffrey mengangguk, lalu segera bergegas ke kamar Kiya setelah menyapa Ibu sekilas.
Sementara Kiya kembali ke dapur, membantu Ibu menyelesaikan masakan untuk makan malam.
“Kalau Mas Jeffrey nggak mau gimana, Bu?”
“Di kasi paham, Dek. Kamu tau sendiri Mak Long kamu itu gimana.”
“Kiya takut Mak Long bicara yang aneh ke Mas Jeffrey, gak enak sama Mas Jeffrey, Bu.” Ibu menyentuh bahu Kiya, meminta anak bungsunya itu untuk menatapnya.
“Dek Kiya... Namanya udah menikah itu ya, baik buruknya keluarga harus diterima, suka nggak suka ya mesti begitu. Suamimu pasti paham,” ucap Ibu dengan lembut.
Kiya mengangguk, “Kiya coba bicara ke Mas Jeffrey ya, Bu.” Ibu mempersilakan Kiya untuk mengambil waktu dengan Jeffrey.
Ibu paham dengan keberatan hati Kiya. Mungkin jika Azra yang ada di posisinya, tak akan seenggan itu.
Mak Long meminta semua untuk mengunjungi kampung halamannya, mendengar bahwa beberapa hari terakhir beliau sakit, Bapak tak bisa mengelak. Jeffrey diminta untuk ikut, sebab Mak Long ingin bertemu dengan lelaki itu. Pertemuan pertama waktu itu hanya saling menyapa saja, Mak Long ingin lebih mengenalnya.
Jeffrey sudah selesai mandi ketika Kiya menghampirinya.
“Kiya belum mandi sebetulnya, tapi lagi pengen banget peluk Mas Jeffrey,” ucapnya.
Jeffrey tertawa pelan, “Tinggal peluk aja, sayang. Sini...” Kiya menggeleng.
“Kiya masih bau, Mas Jeffrey udah mandi, udah wangi,” sungutnya.
Jeffrey yang lebih dulu menghampiri Kiya, lalu menarik perempuan itu untuk di rengkuhnya. Sesekali mengecup puncak kepala Kiya, mengelus punggungnya dengan sayang.
“Kenapa?” tanya Jeffrey dengan lembut.
“Istrinya minta peluk, kok ditanya kenapa?”
“Biasanya kamu lagi sedih kalo minta peluk duluan.” Jeffrey sudah mengenal Kiya, perempuan itu hanya diam sebab perkataan Jeffrey benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer
RomanceAjuan proposal ta'aruf dari Jeffrey Adhyaksa Gentama siang itu berhasil membuat Azkiya diam tak berkutik. Bagaimana tidak? gadis penghujung belasan tahun itu tak pernah menyangka bahwa sang dosen yang sama sekali tak pernah bersua padanya, mengingin...