12

21.7K 2.1K 166
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Subuh baru saja menyapa, belum apa-apa Jeffrey sudah di limpahi pahala karena menatap Kiya di depannya. Bibirnya terus menukik lengkung, memekik diri paling beruntung karena memiliki Kiya dihidupnya.

Wajah berseri dengan semu merah di pipi serta bibir kemerahan yang Jeffrey sukai, membuat Jeffrey tak mampu mengalihkan atensi. Selain akhlak, Kiya memiliki paras yang sempurna, bonus dari sang pencipta sungguh tak main-main padanya.

Sayup-sayup dari arah luar, seruan untuk segera menunaikan sholat subuh mulai terdengar, membuat gadis di sampingnya mulai membuka mata perlahan. Senyum langsung terpatri dibibir tipis miliknya, menatap lelaki yang menyambut paginya dengan senyum cerah menggantikan matahari yang masih malu-malu menampakkan diri di luar sana.

"Alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur."

"Selamat pagi, cantik," ucap Jeffrey, membuat pipi Kiya semakin memerah di buatnya.

Jeffrey sedikit bangkit untuk menopang kepala dengan sebelah tangannya guna menatap wajah Kiya lebih jelas.

"Pagi juga, Mas." balas Kiya, "Mas Jeffrey tidurnya nyenyak?"Jeffrey tersenyum lembut lalu mengangguk membalas pertanyaan Kiya.

"Kamu?" Jeffrey balik bertanya, membuat Kiya mengangguk malu padahal sebenarnya Kiya tak dapat tertidur, ia baru saja terlelap selepas tahajud di sepertiga malam tadi. Bagaimana bisa tidur nyenyak jika jantungnya terus berdetak kencang? belum lagi tangan berat Jeffrey yang sepanjang malam tak pindah melingkar di pinggangnya, membuat Kiya sedikit tak nyaman karena belum terbiasa.

"Alhamdulilah," ucap Jeffrey. Kiya tersenyum malu, kemudian memberanikan diri untuk membalas tatapan Jeffrey. Netra kecoklatan yang terus menelisik matanya dengan dalam dan juga senyum di bibir tipis milik lelaki itu tak kunjung pudar menghiasi pandangannya. Kiya kembali tertunduk malu, membuat lelaki di depannya langsung terkekeh.

"Salah tingkah pasti ya?" goda Jeffrey.

"Jangan liatin saya begitu," sungut Kiya dengan malu.

"Kenapa? 'kan gak dosa, malah dapet pahala."

"Saya malu," Jeffrey tertawa gemas melihat tingkah Kiya, membuatnya mengelus pipi gadis itu yang tampak kian memerah.

"Hahah... gini ya rasanya pacaran? terlebih sama istri sendiri, apa-apa jadi pahala lho, Dek."

"Oh ya?"

"Iya. Saya liatin kamu, kamu liatin saya, itu aja bakal jadi pahala."

"Nih, nyentuh gini juga pahala," ucap Jeffrey seraya mengelus pipi Kiya dengan lembut.

"Helai rambut kamu yang dilihat sama saya juga jadi pahala untuk kamu loh, Kiya." Jeffrey menyelipkan helaian rambut Kiya yang sedikit keluar dari kerudungnya.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang