Ajuan proposal ta'aruf dari Jeffrey Adhyaksa Gentama siang itu berhasil membuat Azkiya diam tak berkutik. Bagaimana tidak? gadis penghujung belasan tahun itu tak pernah menyangka bahwa sang dosen yang sama sekali tak pernah bersua padanya, mengingin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.kalo ada typo, tag aja yaaa. happy reading^^
Makan malam sudah terlewat, sanak saudara beserta tetangga masih sibuk bertengger mengerumuni kuali besar, tak kunjung pulang juga. Berbeda dari hari kemarin, gelap tiba hanya menyisakan tuan rumah saja, malam ini justru cukup berbeda.
Kiya yang berada di saung belakang rumah hanya bisa bertanya pelan pada Vira—sepupu Jeffrey, akan keberadaan ibu-ibu rewang yang tak kunjung surut menjelang malam.
"Acaranya besok, Kak." balas Vira pada Kiya. Kiya hanya menganggukkan kepala, lalu melanjutkan acara mengupas bawangnya, sesekali fokusnya teralih pada kumpulan ibu-ibu yang tengah bersenda gurau dengan tawa kencang didepannya.
"Tiap tahun memang ada acara kayak gini ya, Vir?" tanya Kiya.
"Iya, Kak. Setiap panen besar pasti selalu ada hajatan, tapi biasanya gak seheboh ini hajatannya, kayaknya karena ada Kak Jeff sama Kak Kiya deh jadi rame kayak gini, " jawab Vira.
Kiya mengangguk lagi, ia begitu tak percaya bahwa acara syukuran untuk hasil panen bisa seramai ini, dilihat dari para pekerja rewang, tumpukan bahan-bahan makanan, dan kuali-kuali besar itu setara dengan acara khitanan dan resepsi pernikahan. Mungkin saja duit keluarga Jeffrey berlebih hingga bisa melangsungkan hajatan seramai ini, pikir Kiya.
"Kak Kiya...Kak Jeffrey itu orangnya romantis gak?" cetus gadis disamping Kiya, Kiya berhenti sejenak, memikirkan pertanyaan yang dituju Ema padanya.
"Romantis itu kayak gimana?" Kiya balik bertanya, membuat mata sang penanya bergulir ke atas, seolah ikut memikirkan pertanyaan balik dari Kiya.
"Suka kasi kejutan gitu, terus beliin Kak Kiya hadiah, terus apalagi yaa?" Kiya hanya terkekeh mendengar balasan Ema, gadis tujuh belasan tahun itu masih terus berpikir juga.
"Kak Jeffrey itu romantisnya beda, " decit Kiya, bibirnya melekuk dengan malu, membuat Vira dan Ema mengambil tatap pada gadis itu. Hanya memikirkan senyum teduh dari Jeffrey saja mampu membuat panas menjalar ke pipi Kiya dengan cepat dihawa dingin seperti ini
"Gimana, Kak?" tanya Ema, Kiya hanya menggeleng.
"Ada pertanyaan lain gak? Kak Kiya malu..." ucap Kiya dengan jujur, dua gadis didepannya sontak terkekeh melihat gelagat Kiya.
"Kasi tips aja deh, Kak. Biar bisa nikah muda dan dapet suami kayak Kak Jeffrey, " ujar Vira.
"Eum...gimana ya? Kakak dulunya gak punya target mau nikah umur berapa, gak ada kepikiran untuk nikah, hanya fokus kuliah sama perbaiki akhlak aja. Kalo dapet suami yang kayak Kak Jeffrey, Kak Kiya gak tau gimana caranya, cuman untung-untungan aja," balas Kiya sembari terkekeh.
Belum sempat mengaju tanya pada Kiya, teriakan gadis dari pintu belakang rumah mengalihkan atensi Kiya.
"Kak Kiya...dipanggil Kak Jeffrey, disuruh ke kamar!!" teriakan lantang dari Anisa tentu tak hanya mengambil atensi Kiya, melainkan juga atensi orang-orang sekitar.