37

8.6K 988 67
                                    

udah mulai sepi nih :( ayoo ramein lagi yaaaa!jangan lupa tinggalin vote dan komennya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

udah mulai sepi nih :( ayoo ramein lagi yaaaa!
jangan lupa tinggalin vote dan komennya!








Tidak tahu mengapa, aroma sedap ayam bakar terus saja terlintas. Membayangkan bumbu bakarnya yang meresap pada ayam, ditambah dengan sambal dadak sungguh membuat Kiya tergugah. Benar-benar ingin menikmatinya sekarang juga.

Tak tahan jika hanya membayangkan dan menelan liur saja, Kiya akhirnya beranjak duduk, sembari menatap lelaki di sebelahnya dengan ragu. Kini, pukul setengah dua, rasanya tak tega untuk membangunkan Jeffrey hanya karena ayam bakar saja.

Namun, Kiya tak ada pilihan lain, ia bersungguh-sungguh ingin menyantap ayam bakar tanpa di tunda.

"Mas Jeff..." Kiya menepuk pelan pundak lelaki itu, tak susah membangunkannya, ia langsung menyahut pelan.

"Jalan-jalan yuk, Mas. Sekalian cari makan, Kiya pengen ayam bakar," kata Kiya.

Di ambang batas kesadaran suaminya, lelaki itu berdecak, "Besok aja, Mas ngantuk banget, Dek Kiya," balasnya, matanya masih terpejam erat.

"Tapi..."

"Sini, bobok lagi." Lelaki itu menarik pelan tangan Kiya, lalu menempatkan Kiya pada dekapannya. Kiya sangat sedih, air matanya bahkan hendak keluar. Tak berani untuk memaksa Jeffrey, tampaknya lelaki itu amat lelah, namun Kiya betul-betul tak bisa menghilangkan ayam bakar dari pikirannya.

Kiya menarik ingusnya berkali-kali dengan matanya yang basah pula ia benamkan di dada suaminya.

"Mau coba ayam bakar taliwang langganan Mas, nggak?" tawar Jeffrey tiba-tiba setelah hening beberapa saat sembari mengelus lembut rambut Kiya.

Kiya menggeleng di dalam dekapan lelaki itu. Ceritanya, ia sudah terlanjur merajuk.

Jeffrey merenggakan jarak demi menatap wajah sembab istrinya, hilang sudah berat mata yang tadi ia rasa. Ia mengelap sisi mata Kiya yang basah, seraya menatapnya dengan penuh perhatian.

"Kebetulan Mas juga pengen banget nih mam ayam bakar...banyak kok yang masih buka jam segini," bujuk Jeffrey.

Kiya tetap saja menggeleng, "Besok aja," balasnya.

"Ih kenapa besok? Yuk, sekarang aja, sekalian temenin Mas sahur." Jeffrey terus membujuk Kiya.

"Mas minta maaf, ya? Ayo, kita mam ayam bakar sekarang,"

Kiya memukul pelan dada Jeffrey, tak bisa membohongi diri dengan terus merajuk. "Kiya lagi pengen banget, tau!" sungutnya.

"Iya sayang. Ganti bajunya dulu, gih."

Kiya langsung beranjak duduk, ia mengusap matanya lebih dulu. "Kiya juga pengen es krim, Mas Jeff," katanya lagi.

Jeffrey hanya tertawa pelan, "Iya nanti kita beli es krim juga ya, sayang," katanya dengan lembut.

LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang