42

6.9K 710 55
                                    

jangan lupa baca author's  note di bawah ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa baca author's  note di bawah ;)


🔞


Sudah minggu ketiga, Jeffrey sudah berada di ambang ingin menyerah. Bertindak seperti biasa dengan menggoda sang wanita, atau berceloteh mengenai banyak hal seperti biasa, namun reaksi yang ia dapat sama sekali tak berubah dalam tiga pekan ini.

Jeffrey tak lelah, melainkan ia merindukan Kiya.

Namun parahnya, untuk kali ini ia bukan sekedar merindukan wanita itu, tetapi juga menginginkannya. Sebagai lelaki dewasa  pasti tahu bahwa hal itu kerap didamba untuk beberapa waktu. Maka, itu menjadi satu kebutuhan yang harus ditunaikan.

Di saat ia menginginkan wanita itu ia tak hanya sekedar menunaikan syahwatnya. Suami istri tahu betul bahwa banyak hal yang didapat selepas bersenggama. Betul yang di kata orang-orang, bahwa masalah suami istri akan selesai di ranjang. Itu benar adanya, sebab perasaan cinta yang menggebu-gebu, itu turut datang ketika mereka menyelesaikan semuanya.

"Mas boleh minta bantuan kamu?"

Kiya mengangguk, "Kiya udah selesai nifas, biar Kiya layanin." Wanita itu membersihkan diri lebih dulu, dan Jeffrey tau bahwa banyak hal yang Kiya siapkan sebelum mereka memulainya.

Jeffrey berkali-kali memastikan Kiya ketika wanita itu sudah siap dibawah kendalinya, dan wanita itu berkenan disentuh olehnya setelah cukup lama mereka tak lagi berhubungan. Kiya mulai merasa sentuhan Jeffrey, hatinya berdesir, memang selalu begitu. Namun, di saat banyak sentuhan yang menyambanginya pikiran Kiya menjadi tak terarah. Ia mulai mati rasa dengan sentuhan Jeffrey.

Jeffrey sangat tahu bahwa hanya ia yang merasa selesa atas gelora surga dunia yang baru saja ia dapat, sebab Kiya terlihat tidak nyaman dengan situasi yang usai terjadi. Jeffrey langsung menempatkan diri di sebelah Kiya, menarik selimut hingga menutup tubuhnya lalu mulai menarik Kiya ke dalam rengkuhannya, namun secepat mungkin Kiya menghindar.

"Kamu butuh waktu berapa lama lagi untuk sendiri?" tanya Jeffrey seraya menahan pergerakan Kiya, membuat wanita itu kembali ke posisinya.

"Kamu marah sama Mas selama ini?" Kiya langsung menggeleng, ia tidak pernah marah dan menyalahkan apapun pada Jeffrey.

"Kalau begitu, Mas boleh tau apa yang lagi Kiya pikirin sekarang? atau apapun, Mas mau Kiya bicara sama Mas. Kasi tau Mas gimana perasaan Kiya."

"Kiya mau langsung bersih-bersih." Kiya berlalu begitu saja. Meninggalkan Jeffrey yan tampak putus asa.

Lelaki itu menghela napas berat seraya memijat pangkal hidungnya. Kiya bahkan meninggalkan rutinas mereka ketika selesai berjima', pembicaraan intim dengan suhu tubuh yang mendekap satu sama lain, harusnya menjadi momen terbaik untuk meluruskan semua permasalahan sekaligus memperbaiki hubungan.











LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang