Ke-39

255 14 0
                                        

Pov Adhara

Pagi pun tiba, suasana rumah sedikit ramai dari biasanya. Semua keluarga besar menghadiri pernikahan. Aku dan Altair masih berada di dalam kamar.

" Gak keluar ? " tanyanya.

Tak menanggapi pertanyannya kalau keluar juga malas dan berisik. Semenjak sifat yang berubah membuat ku yang sekarang jadi tak suka keramaian, hal yang berisik.

" Ya udah aku yang keluar, tapi jangan sampai lupa makan ya " ucapnya.

Setidaknya kini dia tak ada di kamar. Melihat ke arah luar yang masih ramai situasi yang tak memungkinkan untuk kabur.

Tok...tok...tok, Ibu Altair masuk.

" Nak Adhara kok gak keluar ? ".

" Emm gak papa tante " ucapku.

" Hehehe masih terbiasa panggil tante ya, panggil bunda saja ".

" Maaf bunda ".

" Nak kamu ini dari dulu sudah bunda anggap seperti anak sendiri, dulu waktu kamu kecil bunda selalu senang menggendong kamu karna bunda gak punya anak perempuan. Tapi bunda bersyukur sekarang kamu jadi menantu bunda " sambil tersenyum.

Memelukku.

" Nak Adhara terima kasih sudah menerima Altair menjadi suami mu, bunda selalu mendoakan pernikahan kalian Samawa dan langgeng terus hingga maut memisahkan. Ibu titip Altair ya nak karna bunda hanya percaya sama kamu ". Sambil membelai rambutku.

Sedih sebenarnya, karna menitipkan anaknya pada orang yang salah.

Membaringkan badan sambil menutup mata dengan tangan.

" Ngapain kamu dekat-dekat " ucapku.

" Bisa tidak kalau bicara itu yang halus, saya ini suami kamu bukan anak buah kamu. Coba kurangi berpikiran negatif tentang saya " ucap Altair.

" Biasa aja kali. Sapa tau kamu mau balas dendam ".

" Saya gak mau berdebat, ini di makan. Bunda, Ami, Nenek, dan Oma sudah mempersiapkanya ".

Makan sambil melihat dia yang dari tadi serius membaca dokumen.

" Kamu gak kerja ? " tanyaku.

" Kenapa, katanya suruh urus pribadi sendiri-sendiri " ejeknya.

Benar nyeselin ini orang.

" Saya dapat cuti nikah selama seminggu terhitung dari saat nikah ".

" Oh ya, kita sudah dapat rumah dinas mungkin pindah pas h-2 sebelum aku masuk tugas jadi persiapkan yang harus kamu bawa ".

" Ya bawel ".

" Eh..ehh kok bawel. Titlenya mana " sambil mengangkat alis.

" Ya Mas bawel ".

Lama-lama seperti ini bisa gila. Setelah Isya semua keluarga berkumpul di ruang tamu.

" Nah ini dia pasangan baru, akhirnya keluar " ucap bibi.

Terlihat motor dan beberapa orang berjaket hitam ada di luar.

" Bos Naga " ucap mantan anak buah.

Ini membuat semua tertuju kepadaku. Abah kini memegang pergelangan tanganku.

" Abah tolong lepaskan " mintaku.

" Nak abah akan lepaskan jika suamimu mengizinkan ".

" Abah, saya percaya pada Adhara. Mari saya temani kamu " Altair.

Di temani oleh Altair.

" Sudah saya bilang jangan panggil dengan bos, ada apa ? " dengan wajah datar.

" Maaf bos kami tidak bisa. Kami kesini tidak membuat ulah, kami hanya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan bos Naga kami semua ikut bahagia ".

Pov Altair

Dia tersenyum. Seorang anak buahnya menarikku.

" Saya tau anda ini tentara tapi kami mohon jaga selalu bos kami jika sesuatu terjadi padanya kami tidak segan- segan memberi pelajaran terhadap anda ".

Inilah resiko bila menikah dengan Adhara, resiko terbesar ancaman.

Assalamualaikum
Semoga suka dengan ceritanya
Jangan lupa vote, komen, dan share

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang