Ke-24

240 15 0
                                    

Pov Altair

Hari demi hari wanita itu hampir selalu ada dipikiran, semakin kesini aku mengaguminya. Ternyata dia wanita yang hebat walau sudah tak menjadi preman ia masih membantu anak asuh binaannya.

Masih tetap dihormati tapi semuanya tak memanggilnya lagi dengan sebutan bos Naga, terlihat jelas wanita mandiri, pekerja keras walaupun pertemuan awal yang sangat aneh.

Mengeikutinya dari belakang semoga aja dia gak tau keberadaanku.

" Ngapain lo " tegurnya.

" Eeee...eee.. gak ada ".

" Ngikutin " wajah datar.

Entah tau darimana seperti mempunyai mata batin yang tajam. Masih saja cuek.

Meninggalkanku lalu aku pun mengatakan hal yang sebenarnya ingin kukatakan sudah lama.

" Kamu lagi sibuk gak, ada waktu kosong hari ini ".

" Kenapa? ".

" Ada yang mau aku bicarakan ".

Aku pun mengajak ke taman, tak banyak bersuara. Begitu canggung bersamanya.

" Cepet mau bicara apa ? " tanyanya.

" Gimana ya aku bingung juga apa seharunya bicara sama kamu ".

" Hadeh buang waktu aja ".

Langsung pergi menuju motornya dengan reflek memegang tangan untuk menghalaingi.

" Adhara bantu aku ".

Melirik ke arah tangannya yang aku pegang.

" Maaf ".

" Bantu apa ? ".

" Mungkin kamu sudah dengar kalau ada perjodohan antara aku sama adik sepupumu jadi... ".

" Oh minta bantuan biar cepat nikahnya ".

" Bentar Adhara dengarkan aku dulu ".

" Aku ngerti maksudmu, kamu gak mau perjodohan ini kan? ".

" Bukannya tidak mau tapi... ".

Tanpa menanyakan lagi Adhara langsung aja pergi, bingung dengannya seperti salah membicarakan ini kepadanya.

Sepanjang malam ini tak bisa tidur apa dia mau membantuku atas perjodohan ini. Masih bingung apa cocok dengan Kirana. Apa yang harus kuperbuat.

Adhara sendiri terlihat tidak begitu dekat dengan saudara sepupu perempuannya tak banyak juga yang mendekati Adhara. Dibalik itu semua aku masih dapat melihat ketidak sukaan Adhara berada kembali bersama mereka aku memahami juga tentang mereka karna mereka masih berfikir bahwa nama keluarganya telah tercemar oleh perbuatan Adhara.

Pov Adhara

Ke esokan hari_

Pulang lebih awal sebab dirumah akan ada acara perjodohan sepupuku.

" Cucuku sudah pulang " ucap kakek.

" Sudah kek baru saja datang, acaranya dimulai kapan? ".

" Nanti kak habis sholat ashar ".

" Maaf kakek, apa gak kecepetan perjodohan ini ".

" Memangnya kenapa ? ".

" Apa kakek sudah tanya Alrair sebelumnya kalau sudah siap di jodohkan ".

" Nak, ternyata kamu sudah tau sebenarnya ya. Altair sudah siap menerima apa adanya ".

Menghela nafas dan mengakhiri pembicaraan. Sedikit kecewa karna tak bisa membantunya tapi Altair juga sudah menerima perjodohan.

" Ngapain ngurusin, toh juga dia yang mau " gumamku.

Kursi tertata dengan rapi padahal ini hanya acara ta'aruf tapi seperti acara nikahan ya kata kakek karna akan datang beberapa rombongan dari keluarga adik sepupuku.

Masih memikirkan perkataan dari Altair. Bagaimana pun telah aku berjanji kepadanya untuk membalas bantuannya.

Altair dan keluarganya pun datang melihatnya dari balik cendela kamar.

Dari tadi tak diperbolehkan untuk membantu akhirnya berinisiatif untuk mengabadikan momen ini.

Didalam aku sudah foto dan berjalan menuju luar begitu banyak sahabat dari abah dan kakek yang datang.

Menghampiri Altair.

" We, sorry gak bisa bantu untuk membatalkan perjodohan ini. Mungkin lain kali aku bantu kamu " ucapku.

Lalu meninggalkan begitu saja.

Seseorang melihatku dengan tatapan aneh. Mencoba mengabaikan.

" Aduh " ucap Altair

" Maaf... maaf " ucapku.

Bajunya kini terkena tumpahan saus kacang semua melihat kami. Paman saudara sepupuku langsung menegurku.

" Bagaimana kok gak lihat jalan " omelnya.

" Maaf pak saya tadi gak lihat kalau ada masnya ".

" Kamu siapa? Kamu bukan santri sini kan ? " tanya kakek dari sepupuku.

Aku hanya terdiam saja.

" Kamu siapa, sebelumnya mohon maaf kenapa tidak menggunakan hijab? ".

" Saya... ".

" Maaf mbak ini merupakan pesantren walaupun tidak menggunakan hijab setidaknya anda bisa menghormati dan mengetauhi peraturan yang ada disini "  ucapnya.

Keadaan tak membaik, langsung berpamitan untuk meninggalkan tempat ini. Tetapi seseorang membicarakan tentang masa lalu ku.

" Loh bukanya kamu pereman pasar. Oh kamu itu yang sudah melakukan zina kan " ucapnya.

" Fitnah itu bukan saya " membantah.

Namun orang ini terus mengungkit semua kesalahanku.

" Buat orang tuamu malu saja, apa kamu gak pernah di didik, itu pekerjaan haram kamu itu perempuan tapi tidak menjaga martabat seorang wanita ".

Air mata menetes, apa akan terulang kembali 4 tahun lalu orang tak bersalah harus mengakui sebuah kesalahan yang tak pernah ia lakukakan.

" Maaf Kyai dan Ustadz sebaiknya kita tidak menghakimi seperti ini bagaimana pun dia seorang perempuan " bela Altair.

" Orang seperti ini tidak perlu untuk dikasihani " sambil menarikku.

" Cukup Ustad Kobir ini sudah melewati batas " ucap Altaif.

Sambil menatap mataku Altair pun langsung mengatakan hal yang membuatku dan semuanya terkejut.

Assalamualaikum
Sehat selalu, jangan lupa vote, komen, share ya terima kasih

Penyatuan Takdir TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang