Pov Altair
Bangkit menuju keluar, Kyai Komar pun memanggilnya.
" Adhara " panggil Kyai Komar.
Tatapan tajam, rasa ingin ku beri pelajaran karna tingkah laku yang tak mencerminkan seorang wanita.
" Orang itu sudah mati " ucapnya.
Keadaan pun menjadi bisu.
Geram atas ucapan yang tak wajar, awalnya tak mau ikut campur akhirnya ku beranikan untuk berbicara.
" Maaf ya mbak. Awalnya saya enggak mau ikut campur tapi bagi saya mereka keluarga dan saya pun menghormati beliau (Kyai) jadi tingkah laku serta ucapan mbak tadi tidak pantas ".
" Wih ada pahlawan ke malaman nih. Bro kita bukan adik kakak jangan sok ramah. Lo jangan ikut campur " ucapnya.
Keadaan semakin memanas, Ustadz Ferri pun melerai.
" Mau kamu apa nak ? " tanya Ustadz Ferri.
" Nah pertanyaan yang aku tunggu kan gak perlu harus banyak bicara. Intinya aku mau keluar dari sini dan gak usah cari - cari lagi ini sudah sesuai kesepakatan " jawabnya.
Kyai Komar pun tampak sedih melihat kepergian wanita itu tapi entah mengapa tanpa kusadari aku langsung menghalangi kepergiannya.
" Coba kamu lihat wajah Kyai " suruhku.
Entah apalah yang ada di pikirannya hingga ia berani menyerangku. Serangan kuncian kaki yang mematikan serta tangannya yang kini mengepal menempel diwajah semua orang pun terkejut dan mencoba untuk melepaskan.
" Woi loh ngerti gak ucapan gue tadi bro. Jangan sok berani, pikir gue gak berani sama lo dan jangan anggap gue lupa sama kejadian di pasar ".
Ia melepaskan kepalan tangan, lalu pergi.
Mata yang penuh amarah serasa ada hal yang menjadikan dendam. Dendam itu yang akan membawaku lebih mengenalnya serta dendam itu yang akan menuntun kepada takdir tuhan.
Takdir tuhan memang tak dak yang tau jodoh, rezeki, dan kematian merupakan teka - teki terbesar dalam menjalankan hidup didunia ini.
Hari berikutnya.
Waktu berganti malam, suara adzan pun telah berkumandang menandakan waktu sholat isya telah tiba. Semua prajurit menjalankan ibadah dengan khusyuk.
Saat berjalan menuju barak seseorang menepuk pundak dari arah belakang.
" Astaghfirullah " ucapku.
" Kalau jalan jangan sambil melamun " ucap Komandan.
" Siap salah Ndan ".
" Ayo temankan saya ke warung depan sana " ajak Komandan.
" Siap Ndan ".
Memesan beberapa camilan dan 2 cangkir kopi. Komandan ini memang orangnya loyal dan humoris sudah 2 tahun aku menjadi ajudan beliau yang mana awalnya sempat canggung tapi beliau selalu mengatakan " Ada waktunya saya jadi komandan dan kamu anak buah saya tapi ada juga waktunya saya menjadi orang biasa serta kamu juga menjadi orang biasa yang tanpa memandang pangkat ".
" Gimana kabar orang tua ? " tanya komandan.
" Siap ndan sehat ".
Kami berbincang - bincang ringan dan melihat sekitar cafe, suasana cukup ramai. Anak - anak muda pun banyak yang nongkrong disini termasuk prajurit Batalyon.
Assalamualaikum
Jangan lupa vote, share, dan komen
Sehat dan bahagia selalu🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
Penyatuan Takdir Tuhan
RomansaDua insan yang bertemu tak sengaja diawali dengan kebencian akankah mereka dapat mempertahankan cinta mereka ? Altair beprofesi sebagai seorang tentara Angkatan Darat. Sholeh, pintar, bijak, berparas rupawan membuat kaum hawa tertarik dengannya. " A...